'disini untuk koding ga bisa di copy display:block; -webkit-user-select:none; -moz-user-select:none; -khtml-user-select:none; -ms-user-select:none; user-select:none; unselectable:on;

.

Pulsa Murah

Misi Sang NINJA !


Di dalam hutan Keiko dua orang Ninja melesat dengan cepat di antara dahan pepohonan. Mereka menuju desa Chukio untuk membunuh seorang penjahat yang bersembunyi di sana. Tiba-tiba salah satu dari mereka berhenti. “ Ada apa Genzo!? Kenapa kau tiba-tiba berhenti?” Tanya temannya, penasaran. 

“ Simada! Aku merasa kita di awasi!” jawab Genzo yang langsung melihat-lihat keadaan sekitar.

Simada pun dengan sigap menggunakan jurus mata elangnya. “ Genzo. Kau terlalu berlebihan. Ini, kan baru awal cerita. Ya, iyalah, ada yang mengawasi. Orang dari tadi gerak gerik kita diawasi pembaca cerita ini. Oon, lu, ah….” Simada memberitahukan hasil penglihatannya. 


“ Oh, iya, ya. Sorry, ane lupa kalau misal ada musuh pasti udah di ketik si penulis hehe…. Tolong kasih tahu pembaca kalau misal ada musuh segera sms atau miscall kita.” Genzo meminta maaf karena kekeliuran pendeteksiannya.

Kemudian mereka pun melanjutkan perjalanan cepatnya. Mereka harus menempuh perjalanan sejauh 15 KM untuk mencapai desa Chukio.Tiba-tiba Genzo berhenti lagi. “ Ada apa Genzo!? Kali ini bukan karena pembaca kan?” Tanya Simada kaget.


 “ Bukan! Kali ini aku ingin buang air kecil dulu, hehehe.” Jawab Genzo polos. 

“ Hadeuuhh…. Si idiot ini. Kau cukup bilang mau buang air kecil saja. Gak usah berhenti tiba-tiba dan memasang wajah serius seperti itu.” Simada sedikit kesal dengan kelakuan temannya.

Sekali lagi. Mereka melanjutkan perjalanannya. Kira-kira sekitar 10 menit setelah melanjutkan perjalanan dari tempat Genzo buang air kecil, kali ini, giliran Simada berhenti. Lagi-lagi secara tiba-tiba, ala Ninja, seperti Genzo sebelumnya. “ Ada apa Simada!? Kenapa tiba-tiba berhenti? Kalau kau yang berhenti pasti ada sesuatu yang penting.” Genzo penasaran dan meningkatkan kewaspadaan. Karena kali ini Simada si mata elang berhenti.


“Kau benar, Genzo! Ada sesuatu yang menegangkan sedang terjadi. Lihat kebawah pohon yang sedang kita pijak ini. Ada seekor kucing hutan yang sedang melahirkan.” 


Mendengar jawaban Simada, Genzo geleng-geleng kepala. “ Kukira aku saja yang idiot disini. Ternyata kau juga! Kalau begini terus, mungkin 234 tahun lagi baru kita sampai ke desa itu. Kita baru menempuh 2KM kurang, Simada. Ayo kita lanjutkan perjalanan!” Genzo mulai khawatir dengan keadaan perjalanan mereka yang semakin tidak karuan.

“Baiklah, Genzo. Dan maafkan diriku, ya, para pembaca. Mungkin kalian sudah gak sabar ingin melihat ending pertarungan kami melawan si penjahat. Aku tahu, kalian mulai penasaran dengan endingnya, kan? Tenang aja. Kita serahkan sama si Syams.” Genzo meminta maaf kepada temannya dan pembaca. Dan sekali lagi, mereka melanjutkan perjalanannya. 


Sebenarnya penulis udah jengkel melihat kelakuan mereka yang berhenti melulu, padahal baru awal cerita, lho. Ayo lanjut lagi….

Kali ini mereka serius. Tanpa henti mereka terus melaju dengan cepat. Akhirnya mereka sampai di ujung hutan. Yang artinya desa yang mereka tuju pasti sudah bisa terlihat. Dan benar. Mereka sudah bisa melihat sebuah desa. Tiba-tiba air mata mengalir dari kedua mata Genzo. Simada yang melihat hal itu tahu jika temannya sedang bahagia, karena mereka sudah menempuh perjalanan jauh berhari-hari.


“Kau pasti bahagia sekali, ya. Setelah berhari-hari akhirnya kita sampai.” Genzo yang sedang menangis menengok kearah sahabatnya. 


“Bahagia dari Hongkong! Aku sedang sedih. Kita melakukan perjalanan berhari-hari. Melewati gunung, turuni lembah, sungai mengalir indah ke samudra. Bersama teman bertualang. Tapi...?!” Genzo mengungkapakan kesedihannya.

“ Stop!” Simada menghentikan temannya yang sedang bicara. “ Apa maksud ucapanmu? Dan kenapa harus bawa-bawa Hongkong, kita kan dari Jepang. Ganti pakai Tokyo atau Osaka dong. Satu lagi! Jangan pernah nyanyiin lagu Ninja lain! Kita kan Simada & Genzo, dua Ninja tampan dan jenius dari desa Ryuka. Walau sebenanrnya aku yang lebih tampan hehe. Tapi, kenapa kau sedih, Genzo?” Simada berceloteh gak jelas dan bertanya tentang penyebab kesedihan Genzo.

Genzo menghela napasnya untuk menenangkan diri. “ Teman. Kita salah desa. Sepertinya kita salah membaca peta!” jawab Genzo penuh ketenangan. Mendengar hal itu, Simada terkejut dan menangis sambil berguling-guling di dahan pohon. 


“Hentikan idiot! Kau bukan anak kecil! Kalau berita kita nyasar sampai diketahui Ninfotainment, (Infotainment dunia Ninja) bisa gawat! Nama guru kita bisa tercoreng!” Genzo sedikit khawatir dengan pemberitaan publik apabila mengetahui kegagalan mereka. Karena paparazi dunia ninja terkenal sangat lihai dan gila informasi.

Mendengar ucapan temannya, Simada langsung berhenti menangis. “Benar apa katamu, Genzo! Tapi bukankah wajah guru kita sudah ada corengnya. Jadi gak perlu khawatir tercoreng lagi” sahut Simada. 

“Itu koreng idiot!” Genzo menjitak kepala temannya.

“Ninfotaimnent, lah, yang paling aku takuti. Tahun lalu kita gagal menjadi ninja paling terkenal di dunia gara-gara mereka!” ucap Simada merasa kesal. 

“Kau benar, Simada. Bahkan, aku masih ingat ketika kita di tertawakan oleh si Ninja Kid yang gak jelas alur ceritanya itu. Yang lebih mengesalkan, rating mereka lebih bagus dari kita! Padahal, aku yakin jika kita akan mendapatkan setidaknya tiga piala di Ninja Award.” Timpal Genzo yang juga merasa kesal.

Ninfotainment rupanya mengingatkan mereka kepada Ninja Award yang sangat prestisius bagi dunia perninjaan. Mereka gagal meraihnya setelah sekandal salah serang tersebar luas. Mereka berdua bersama beberapa Ninja Ryuka menyerang seseorang yang di curigai sebagai anggota Akatsuki, musuh Naruto. Ternyata, orang yang mereka serang bertubi-tubi dengan shuriken itu hanyalah seorang fans berat Naruto yang akan mengikuti acara Cosplay. Alhasil, mereka dikenai hukuman oleh dewan Keamanan Ninja.

Bahkan, di acara Ninja award mereka harus mendapatkan cemoohan dari para ninja terkenal di seluruh dunia. Seperti Naruto dkk, Reca dkk, Ninja Hatori dkk, American Ninja, Ninja Assasin, Ninja Kid dkk, dan masih banyak lagi pokoknya. Yang lebih menyakitkan, mereka mendapatkan cemoohan dari Ninja Maling. Yaitu, ninja unik dari Indonesia yang hanya memakai sarung sebagai baju tempurnya, dan terkenal dari masa kemasa gemar mengoleksi TV punya orang. Dan, yang lebih menyakitkan bagi ninja Ryuka, Ninja Maling berhasil menyabet piala di nominasi baju tempur terunik.

Pada acara itu juga, tak satupun penghargaan individu berhasil diraih oleh ninja dari desa Ryuka. Simada dan Genzo yang tadinya percaya diri bisa meraih penghargaan piala sebagai ninja tertampan, pun, gagal. Bahkan, mereka tak masuk nominasi sama sekali. Padahal, mereka adalah ninja yang paling tampan di desanya. Penegasan: cuma di desanya hehe. Dan piala itu jatuh ke tangan Sasuke Uchiha. Sudah dulu, ya, cerita tentang kegagalan mereka di Ninja Award. Mari kita lanjut cerita tentang Simada dan Genzo yang salah desa….

“Puas lu, penulis! Sudah menceritakan sekandal dan kegagalan kami di Ninja Award. Awas lu, penulis! Pokoknya, udah cerita ini, gua dan Simada, gak akan mau di kontrak lagi jadi pemeran di cerita lu! Huh…!” Genzo sewot setelah kegagalan mereka diketahui para pembaca. 


“Gua yakin. Peta yang kita pakai untuk menuju desa Chukio juga adalah peta palsu buatan si penulis. Atau, lokasi desanya dia pindahin. Bener gak, Genzo?” Simada menimpali ucapan temannya. 

“Bener banget, Simada! Kayanya si penulis yang melakukan semuanya! Dia gak pengen ceritanya cepat selesai. Sok, memperpanjang cerita, tuh, penulis, padahal otaknya udah kebingungan nyari ide!” Sahut Genzo yang semakin kesal dengan penulis, yaitu Aku hehe....

Ayo..., lanjut lagi ceritanya, biarin aja, lah, mereka berdua mau ngomel apa juga. Kalau nanti mereka gak mau di kontrak lagi juga, gapapa, masih banyak tokoh yang siap mengisi cerita Misi sang Ninja 2 hehehe…, Lanjut Yuk....

Setelah berpikir sejenak, Genzo meminta Simada untuk menemukan Gunung Ikei menggunakan kemampuan mata elangnya. Setelah sekitar 10 menit mencari, akhirnya Simada bisa menemukan letak gunung itu. Desa Chukio letaknya tepat berada di balik gunung itu. Kedua ninja itu langsung melesat menuju arah gunung itu agar segera menangkap sang penjahat sebelum dia pergi.

Sekitar 20 menit lebih 23 detik dari tempat mereka sebelumnya, tiba-tiba Genzo berhenti mendadak. Melihat hal itu, Simada menggeleng-gelengkan kepalanya. “Kali ini apa lagi, Genzo? Ada pembaca yang liatin, pengen buang air kecil, ular bertelur, kucing melahirkan, rambut lupa di cukur, salah jalan, atau punggung lu gatal?!” tanya Simada yang sedikit jengkel dengan kebiasaan berhenti mendadak.


“Kali ini aku serius! Lihat di bawah. Ada gerombolan perampok yang sedang mengepung dua orang pengelana. Mari kita tolong mereka, Simada!” Genzo dan Simada langsung melesat kearah para perampok yang sedang memeras dua orang tak bersalah, itu.

Perampok yang berjumlah lima orang itu kaget ketika melihat dua bayangan hitam menyerangnya. Seketika para perampok tumbang setelah senjata shuriken Genzo dan Simada mengenai tubuh mereka. Pemimpin perampok yang masih bisa selamat berkat mengorbankan anak buahnya, kaget. Dan, dia lebih kaget lagi, ketika melihat dua orang yang akan mereka rampok juga ikut tumbang terkena senjata Genzo dan Simada.

Genzo dan Simada yang melihat itu, juga ikut kaget, karena saking semangatnya melempar shuriken, mereka lupa ada dua orang itu. “ Dasar idiot kau, Genzo! Itu pasti perbuatanmu!” Simada mencoba menyalahkan temannya.


“Lihat shuriken yang menancap di tubuh kedua orang itu! Keduanya ada tanda love. Berarti, itu punyamu, idiot!” Genzo mencoba membela diri dengan menunjukan tanda love sebagai bukti shuriken itu milik Simada. 

“Ah, sudahlah Genzo. Ayo kita bereskan bos perampoknya. Setelah itu kita lanjutkan perjalanan.” Simada cepat-cepat mengalihkan pembicaraan untuk menutupi rasa malunya.

Kedua ninja tertampan di desanya itu langsung menyerang sang bos perampok. Sayang, tidak semudah yang dipikirkan. Sang bos perampok mampu bertahan dengan kemampuannya yang lumayan. Walau makin terpojok, dia bertahan sekuat tenaga mengandalkan pedang samurainya. “Hebat juga kau, Botak! Tapi sebentar lagi kau akan mati!” Genzo mencoba mengintimidasi. 


“Dasar ninja sialan! Beraninya kau menyebutku botak! Aku tidak botak, tetapi sedang terapi kecantikan. Dan aku tidak akan kalah semudah itu!” sang bos perampok tak gentar sedikitpun.

“Mau terapi atau tidak, aku tidak peduli! Yang pasti kepalamu botak!” Sahut Simada yang sudah bersiap menyerang lagi dengan jurus andalan. 


“Tunggu dulu! Kalian tidak tahu siapa aku, kan? Apa kalian tahu The Last Samurai?” Sang bos perampok mencoba mengulur waktu. 

“Ya, kami tahu. Soalnya aku dan temanku mengidolakannya. Apakah kau kenal sang The Last Samurai itu? Atau, kau adalah salah satu anggota yang selamat?” sahut Genzo yang sudah tidak sabar inging menyerang.

“Bukan! Aku bukan salah satunya. Aku hanya ingin tahu saja, apakah kalian mengetahuinya atau enggak. Soalnya, aku belum nonton.” dia masih mencoba mengulur waktu mencari celah untuk kabur.


Sayang, mendengar jawaban sang bos perampok, Simada dan Genzo langsung menebasnya dengan Wakizashi (sejenis katana, tapi ukurannya lebih pendek; sekitar 30-60cm). 

“Argggh…. Sepertinya ajalku semakin dekat. Aku mohon, sebelum meninggal tolong titipkan pesan kepada penulis kalau namaku Takezo. Aku muak di panggil terus sang bos perampok olehnya.” Setelah menyampaikan pesan terakhirnya, sang bos perampok, eh…, Takezo, pun, mati.

Setelah mengetahui Takezo mati, kedua ninja tampan di desanya itu langsung melanjutkan perjalanannya. Akhirnya, kali ini mereka sampai di desa Chukio. Ketika mereka datang, seluruh penduduk desa berlarian masuk ke dalam rumah. Mereka tahu jika akan terjadi pertarungan sengit antara sang penjahat dan kedua ninja itu. Dan terbukti, tiba-tiba puluhan ninja; anak buah sang penjahat bermunculan menyerang mereka. Ada yang muncul dari dalam tanah, atap rumah, kebun, kandang kuda, rumah warga, dan WC umum.

Sontak saja, pertarungan dahsyat pun terjadi. Ratusan shuriken melayang di udara, saling beradu satu sama lain. Dengan ketangkasannya, Simada dan Genzo mampu menumbangkan mereka satu demi satu. Dan akhirnya mereka semua berhasil di kalahkan dengan sempurna. Para ninja itu berjatuhan dan tergeletak diatas tanah menahan kesakitan, dan hanya satu ninja yang sial karena tergeletak di WC umum.

Tiba-tiba hawa dingin dan tekanan aura kematian muncul. Rupanya sang penjahat yang mereka cari-cari selama ini akhirnya menunjukan diri. Para penduduk yang melihat dari dalam rumah merasakan ketakutan yang luar biasa. 


“Akhirnya kau keluar juga, sang penjahat! Bersiaplah menerima hukumanmu! “ ancam Genzo yang sudah tidak sabar menuntaskan misinya.

Tatapan sang penjahat begitu tajam dan mengerikan, walau wajahnya tidak kelihatan karena memakai pakaian ninja, tetapi banyak rumor yang mengatakan dia buruk rupa. Dia mengepalkan tangannya kemudian membukanya, mengepalkan lagi, dan membukanya lagi. Begitu seterusnya selama 1 jamKelamaan, woiii...!


“Apa yang kau lakuakn idiot? Ayo kita mulai pertarungan kita!” bentak Simada yang sudah habis kesabarannya. 

“Aku pemanasan dulu, bodoh!” jawab sang penjahat kesal karena pemanasannya terganggu.

Kali ini suasananya mulai serius. Sang penjahat membuka kepalan tangannya. Genzo memperingatkan Simada untuk hati-hati karena sang penjahat terkenal dengan jurus telapak iblisnya. Yang jika terkena ke tubuh manusia, bisa menyebabkan kelumpuhan. 


Sang penjahat mulai memasang kuda-kuda dengan kedua tangannya. Dengan sigap, dia mengangkat kedua tangannya ke atas. “Aku menyerah! Cepat tangkap aku biar cepat selesai ceritanya.”

Simada dan Genzo saling bertatap muka merasa tidak percaya. Begitupun dengan anak buahnya dan penduduk yang sedang bersembunyi di dalam rumah. “Kau pasti bercanda kan?! Masa endingnya kaya gini. Para pembaca pasti ingin pertarungan keren dan dahsyat, kaya di film-film ninja gitu. Ayo kita bertarung!” Genzo merasa tidak percaya dengan keputusan sang penjahat. Dia mencoba mengajaknya bertarung demi kepuasan pembaca.

“Gak, mau, ah! Udah gak semangat bertarung lagi. Masa gua muncul di akhir doang! Sedangkan lu berdua dari awal di ceritain melulu. Harusnya, kan, di certain apa kejahatan gua. Bagaimana kemampuan gua sebagai penjahat. Terus, ada cerita bolak-baliknya antara lu berdua dan gua. Jangan lu berdua aja di certain, sedangkan gua dari tadi diem aja di desa ini, nungguin lu berdua datang. Kata penulis 4 hari, tapi nyatanya lu berdua baru datang setelah 23 hari. Ga adil banget!” sang penjahat merasa kesal karena tidak banyak di ceritakan.

“Sori telat, kami nyasar heehehe. Jadi intinya lu iri sama kita berdua?” Tanya Genzo yang mulai kesal dengan kelakuan sang penjahat. 


“Gak, juga. Cuma, kan, gua dah kasih tahu keluarga kalau jadi penjahat utama. Bahkan lingkungan RT setempat juga udah tahu, mereka mau babar, katanya. (babar:baca bareng) Apa kata mereka kalau tahu gua cuma muncul di akhir doang!" sang penjahat sewot dan semakin sewot.

“Argg…! Ribet banget sih lu! Nurut aja apa yang di kasih penulis. Ga usah banyak bacot!” Simada semakin gemas ingin menghajar sang penjahat yang kekanak-kanakan.

“Pokoknya. Gua sama lu end, termasuk si penulis! dari tadi sang penjahat melulu manggilnya. Harusnya penjahat itu punya nama keren kan, misal Kazuhiko sang Penyayat atau apalah. Gak bakat nih orang bikin cerita.” Sang penjahat masih kukuh dengan pendiriannya untuk menyerah dan menolak bertarung.

Melihat kelakuan sang penjahat yang seperti itu, ternyata bukan hanya Genzo dan Simada yang kesal. Anak buahnya pun ikut kesal, karena mereka sudah membelanya habis-habisan sampai babak belur dan berjatuhan di tanah, kecuali satu yang di WC umum. “ Sialan lu! Gua dah bela-belain bertarung. Bahkan tergeletak di WC umum agar pembaca ketawa. Eh…, lu, nya, malah kaya gini. Lu pikir enak guling-guling disana. Pokoknya, lu harus gantian sama gua. Biar gua aja yang jadi bos penjahatnya.” Anak buah penjahat yang tadi tegeletak di WC umum sangat kecewa dan kesal dengan perilaku bosnya.

Rupanya, tidak hanya anak buahnya saja yang kesal. Para penduduk juga. Mereka semua keluar rumah ingin memukuli sang penjahat. “ Woii…, penjahat idiot! Enak aja lu gak mau bertarung! Kami udah capek-capek berlarian ke rumah. Ada yang lagi di ladang, ngasih makan kuda, nyari air di sungai, jualan, dan BAB di WC umum. Semuanya kami tinggalkan karena lari ketakutan. Eh, endingnya kaya gini.” Salah seorang warga mengungkapkan kekecewaannya mewakili warga desa yang lain. 


“Sialan! Pantesan bau banget pas tergeletak disana. Rupanya tadi belum disiram.” Anak buah penjahat yang tergeletak di WC umum tadi merasa kesal setelah mengetahui WC umumnya ternyata bekas dipakai dan belum disiram.

Akhirnya, karena semua orang merasa kesal. Genzo dan Simada mengajak semuanya untuk menghajar sang penjahat. Mereka semua menghajarnya tanpa ampun karena merusak ending cerita ninja yang pada umumnya pasti seru dan penuh aksi. Setelah kejadian itu, Genzo dan Simada berpamitan kepada warga desa Chukio untuk kembali ke desanya, melaporkan keberhasilan misi. Walau babak belur dan kesakitan, sang penjahat merasa bersyukur karena setelah di gebukin wajahnya menjadi sedikit tampan.

Sampai bertemu lagi di Misi sang Ninja 2. Tentunya dengan karakter yang berbeda, karena Genzo dan Simada tidak ingin melanjutkan kontraknya. “ Woiii…, penulis! Tunggu dulu dong. Kami cuma bercanda. Nanti pakai karakter kami lagi, ya.”

KARAKTER UNTUK MISI NINJA 2 DI BUKA, YANG BERMINAT SEGERA DAFTAR. BURUAN YA!

Jika respon pembaca bagus, CERCUR(cerita ancur) Misi sang Ninja 2 akan segera dibuat, jika tidak, tetap akan dibuat hehe….

Walau ceritanya mungkin kurang lucu, tapi jika ada yang ingin COPAS silahkan, tetapi jangan lupa menyebutkan nama penulis dan blognya ya! Soalnya saya capek banget ngetik sama ngatur tokohnya agar mau nurut wkwkkw

By: Syams-X
Flower City, 22-11-2013

6 komentar:

  1. Ceritanya gak jelaas..
    gak usah di baca deh..*padahal sudah 2 puteran bacanya* wkwkwk..
    mantap bro,lanjutkan

    BalasHapus