Dalam Gelap
Toptenz |
Aku sungguh
tidak mengerti dengan apa yang terjadi. Kenapa di tempai ini gelap. Sangat
gelap. Semua sudut berujung dengan kegelapan. Tampak sekelebat bayangan mencoba
muncul. Aku sangat ketakutan dan mencoba berlari. Tetapi sayang, kembali lagi
ke tempat ini.
Ternyata
bayangn tadi tidak hanya satu, tetapi banyak. Bayangan-bayangan itu
mengeluarkan suara-suara yang sangat menyeramkan dan memekikan telinga. Aku menutup
erat kupingku dengan kedua tanganku, berusaha mencegah suara-suara tersebut. Beberapa
saat kemudian, suara-suara itu menghilang. Aku sangat ketakutan dan mencoba
berlari seperti sebelumnya, sayang,selalu kembali.
Entah sudah
berhari-hari, berbulan-bulan, atau bertahun-tahun aku mengalami hal itu
secara berulang. Terkadang, banyak cambuk yang melesat menyambar punggungku. Aku
tidak bisa berbuat apa-apa selain menangis, meringis, dan meratapi nasibku. “Jika
ini mimpi, tolong selamatkanlah hamba, Ya, Allah,” ratapku dalam kesedihan. Aku terus
menguatkan hati, bahwa ini mimpi. Ini dunia mimpi. Ini....
Tiba-tiba semua
bayangan yang selalu menakutiku dan cambuk-cambuk yang selalu menyiksaku
menghilang. Aku senang, tetapi juga heran. “Kemana mereka?” pikirku sejenak. Aku
mencoba berteriak memastikan keadaan. Lagi. Dan lagi. Akhirnya teriakanku
yang ketiga memunculkan salah satu sosok bayangan. Aku terkejut dan jantungku
berdebar kencang. Tubuhku tidak bisa berhenti bergetar karena takut.
“Hai kamu. Diamlah!
Nikmatilah istirahatmu selama satu bulan, karena bulan Ramadhan adalah bulan
penuh ampunan. Setelah itu, siksaan akan kembali padamu sampai datangnya hari
kebangkitan.”
Setelah mendengar perkataan bayangan itu, kepalaku memunculkan ingatan-ingatan samar. “Ini mimpi! Ini mimpi! Ini pasti mimpi! Aku belum mati! Aku masih hidup, tolong ibu!” aku berteriak sejadi-jadinya sembari memegang erat kepala dengan kedua tanganku.
Setelah mendengar perkataan bayangan itu, kepalaku memunculkan ingatan-ingatan samar. “Ini mimpi! Ini mimpi! Ini pasti mimpi! Aku belum mati! Aku masih hidup, tolong ibu!” aku berteriak sejadi-jadinya sembari memegang erat kepala dengan kedua tanganku.
Semakin kumenolak
ingatan-ingatan itu, semakin sakit kepalaku, karena semakin jelas di kepalaku. Aku berlari kesegala penjuru arah
tempat itu seperti orang gila. Akhirnya, tubuhku terkulai lemas dan terjatuh lunglai. Tetesan
air mata mengalir deras dari kedua mataku. “Aku sudah mati!” Kini, hanya
aku dan penyesalanku yang mengendarai motor sembari mabuk. Menanti, dalam gelap.
by: Syams-X
wahahah ada juga yang nyambuk ente wkwkwkwk
BalasHapussip deh bhro, semangat2 smoga sukses ya
salam kreatif
mrbedel oyee
wkwkwk..itu bukan gw, si Aku aja tokohnya.
Hapusmasa lalu di lorong hitam :D
BalasHapusSUKSES kak syam :D
hehehe..
Hapus