'disini untuk koding ga bisa di copy display:block; -webkit-user-select:none; -moz-user-select:none; -khtml-user-select:none; -ms-user-select:none; user-select:none; unselectable:on;

.

Pulsa Murah

Betapa Mudahnya Bicara

Halo semua. Syams dan sang Narrator yang menjengkelkan kembali hadir.
 
Semua orang di muka bumi ini pasti tahu bahwa bicara adalah salah satu hal yang paling mudah dilakukan oleh orang sehat. Pastinya Syams! Tapi kenapa kita membahas hal ini? Aku bahas ini karena sering banget lihat orang yang terkadang tanpa disadari membicarakan sesuatu dengan mudahnya, termasuk aku dan juga kamu (narrator). Ketika pembuktian tiba, tak semua orang mampu membuktikan apa yang sudah terucap.

Makanya sering sekali kita dengar peribahasa “tak semudah yang diucapkan.” Contohnya, yang lagi marak saat ini yaitu dunia politik. Banyak sekali orang yang mampu mengomentari kinerja para pemimpin, tetapi belum tentu orang yang berbicara itu mampu menjadi seorang pemimpin. Begitu juga para pemimpin, ketika mereka berbicara mengenai solusi dari permasalahan dalam negeri, karena terkadang dalam pelaksanaannya beribu kendala muncul tanpa diduga.

Gambaran diatas hanyalah sedikit contoh dari ribuan contoh yang ada di kehidupan nyata ini. Bahkan, dari mudahnya membicarakan sesuatu terkadang orang menjadi khilaf dan tak jarang menimbulkan masalah baginya. Peribahasa mulutmu harimaumu atau pandai bersilat lidah adalah ungkapan betapa berbahayanya ketika kita tidak mampu mengendalikannya.

Dari pengalaman yang sering Syams lihat maupun dialami sendiri, ketika kita berbicara yang menganggap remeh atau seolah-olah tahu tentang sesuatu, maka bersiap-siaplah menerima ujianNYA. YA. Ucapan kita itu sering di uji konsistensinya oleh Tuhan. Bener ga? HEHE. Dengan modal bicara seseorang bahkan mampu memberikan khayalan baginya maupun orang lain, bahkan seolah-olah jika dunia bisa dikuasai. Dan pada kenyataannya, hanya beberapa orang yang konsisten mampu menaklukannya.

Ingat! Konsistensi itu adalah jawaban nyata, walau tak mudah. Untuk itu marilah kita melatih agar mengendalikan mulut kita ini. Terkadang apa yang akan kita rencanankan bisa hancur lebur ketika kita membicarakan kepada orang lain sebelum dilaksanankan, dan akhirnya hanya menjadi sebuah khayalan saja (Pengalaman nih yeee ahhaha). Diam kamu ahhaah. Talk less do more lebih berarti dari pada berbicara sampai berbusa dan kita hanya terdiam duduk saja.

Semoga tulisan ini bermanfaat. Maaf jika ada salah kata dalam tulisan ini. Kesalahan milik saya dan kesempurnaan milik Allah semata. Terima Kasih.

0 komentar:

Apakah Ibadah Menentukan Kesuksesan Kita??

Halo semua, Syams-X dan sang narrator kembali muncul dengan tulisan biasa saja. Maaf jarang mucul karena kesibukan dunia daratan yang ga mau ditinggalkan. Maaf Syams, kalau boleh tahu kenapa judul tulisanmu kali ini sedikit berbau agama gitu? Emang ga takut dihujat?. Hadeuhhh…, si narrator belum juga basa-basi udah menyela aja. Ya sudah, kita mulai aja lah hehe.

Hei narrator-ku yang senengnya bertanya-tanya(emang tugasnya), kalau ada yang menghujat ya wajar, namaya juga manusia. Setiap individu memiliki pemikiran yang berbeda-beda. Lagian tulisan ini cuma share aja dari pengalaman, ga ada maksud lain seperti menghujat, menggurui ataupun sok beriman, karena emang siapa aku? Hehe….

Tulisan ini Syams munculkan ke pemukaan karena ketidaksengajaan mendengar seorang anak berkata “ yang rajin ibadah dan ta’at agama saja jarang yang sukses,” ketika ayahnya menyuruh untuk shalat. Mungkin karena sedang emosi jadinya terbawa khilaf yang berlebihan, tetapi yang menarik adalah jawaban sang ayah. Dengan sabar dia hanya menjawab “ shalat ataupun ibadah lainnya tidak ada hubungannya dengan kesuksesan hasratmu.”

Bila kita pikirkan, pasti banyak yang setuju dengan apa yang dikatakan sang anak, karena memang begitu realitanya. Setuju disini bukanlah setuju dengan mengamini nilai dari ucapan tersebut, karena memang banyak yang sukses secara hasrat tanpa memandang apakah orang itu agamis ataupun tidak. Dan untuk ucapan sang ayah, Syams jadi ingat ucapan dari guru agama waktu sekolah, yaitu hidup hanya ada dua pilihan Surga dan Neraka yang terikat kepada tujuan manusia diciptakan.

Karena waktu itu ga ngerti dan masih polos, Syams tanya maksudnya. Beliau menjawab, bahwa manusia diciptakan dengan tujuan untuk beribadah kepada TUHAN, tidak lebih dan tidak kurang. Sedangkan adanya gambaran surga dan neraka itu adalah pilihan jalan, yang artinya DIA mempersilahkan memilih dan tidak memaksa karena kedua jalan memiliki konsekuensi dan nilai akhirnya masing-masing.

Tunggu dulu Syams. Bukannya manusia diciptakan untuk menjaga dan merawat bumi, saling menyayangi sesama manusia dan ta’at aturan-NYA? Emang ketiganya bukan ibadah narr? Oh iya, ya hehehe…, lanjut bro….

Beliau melanjutkan, surga dan neraka itu akan kita alami juga dalam kehidupan ini. Bila kita bisa ikhlas dan sabar, bagaimananpun keadaannya, kamu tetap merasakan apakah itu indahnya surga dan cinta TUHAN. Dan hasil akhirnya tentulah surga juga. Dan begitu juga sebaliknya. ??(masih mencoba memahami)

Dari gambaran guru waktu sekolah, Syams bisa menyimpulkan bahwa kebahagiaan hasrat dan kebahagiaan dari ikhlas dan sabar itu sangat berbeda nilanya, tetapi terkadang ada yang mampu meraih keduanya. Kedua kebahagiaan itu, di dunia ini bisa di sebut sebagai sebuah kesuksesan, tetapi hasil akhirnya berbeda kecuali bagi orang yang mampu meraih keduanya, dan itu sangat jarang sekali (realita kehidupan).

Dari sedikit gambaran diatas, dapat kita ketahui jika ibadah itu sangat menentukan kesuksesan. Jika tidak kita raih kesuksesan hasrat maka kesuksesan kepada TUHAN sudah menanti, karena hasrat manusia itu tiada terbatas (kutipan dari film Kamen Rider OZ hehe). Hidup memang banyak pilihan, tetapi tetap hasil akhirnya hanya ada dua pilihan NERAKA atau SURGA. Semua tergantung kepada diri kita mau memperjuangkan yang mana dalam hidup ini.

Semoga tulisan ini bermanfaat dan mohon maaf yang sebesar-besarnya bukan untuk menggurui ataupun sok paling benar, karena Syams hanya ingin share saja. Kesempurnaan hanya milik Tuhan dan khilaf dan salah selalu bersama saya. Terima kasih

0 komentar: