'disini untuk koding ga bisa di copy display:block; -webkit-user-select:none; -moz-user-select:none; -khtml-user-select:none; -ms-user-select:none; user-select:none; unselectable:on;

.

Pulsa Murah

SUCA 2, Kualitas Terjaga, Persaingan Luar Biasa


sumber : indosiar.com

Sedikit kilas balik. Stand Up Comedy? Dua tahun lalu jika saya mengeluarkan pertanyaan seperti itu, jangankan orang, rumput yang bergoyang-pun langsung terdiam. Berpikir keras! 

Saya sudah sering menonton stand up comedy sejak 4 tahunan yang lalu di sebuah Televisi swasta, tapi keluarga saya adem-adem aja alias ga ada yang mau tahu apa yang saya tonton. Ga penasaran, juga. Mungkin lihat, tapi ga tahu acara apa itu; ibaratnya lihat orang lagi motong buah, tapi ga tahu buah apa yang di potong. Hanya nyamuk yang menghampiri saat itu, nyedot darah di leher (puas kamu, muk!).

Sekarang, rumput yang biasanya terdiam, ketika mendengar kata Stand Up Comedy langsung berhamburan dari tanah, ga perlu dicabutin. Artinya apa? Artinya Stand Up Comedy sudah sangat dikenal oleh masyarakat Indonesia (jangan terlalu dipikirkan ketidaknyambungan istilah sama artinya, hehe). Sungguh peningkatan yang signifikan!

Semua orang, termasuk kamu yang sekarang lagi baca sambil makan gorengan pasti tahu jika Indosiar adalah pelaku utama yang membuat Stand Up Comedy terkenal. Dengan jaringan siaran luas dan #IndosiarEffect-nya, menyebarkan spora Stand Up Comedy dengan senjata yang namanya SUCA adalah hal yang mudah. Dan hasilnya, kini Stand Up Comedy sudah tumbuh di hati masyarakat Indonesia.

Walau hanya sebagai penikmat, tetapi orang-orang yang awam terhadap Stand Up Comedy mulai memahami ilmu-ilmu dasar Stand Up berkat SUCA. Ada juga yang tadinya biasa-biasa saja terhadap Stand Up Comedy, menjadi tergila-gila dan demam, tapi tidak berbusa, ya, tar disangka gila beneran, kemudian bercita-cita menjadi komika. 

Yang sudah memulai menjadi komika, motivasinya semakin berlipat-lipat, memantapkan diri dan rajin menulis materi. Yang sudah jadi komika, langsung kejang-kejang saking gembiranya punya teman baru, ketenaran yang bertambah dan panggilan tampil yang semakin membludak, kecuali yang enggak (kata cing abdel, bukan kata saya, hehe).

Juri-juri SUCA seperti Ernest Prakasa dan Raditya Dika selalu mengungkapkan kegembiraanya bahwa Stand Up Comedy kini lebih dikenal masyarakat berkat SUCA. Dan di depan layar kaca, jutaan manusia mengamininya. Lahirlah #SUCAEffect.

#StandUpAcademy2 #BlogSUCA2 

Gara-gara kesuksesan #SUCA1, semua orang jadi menggigil karena ketagihan Stand Up Comedy, akibatnya, adik hasil pembelahan dirinya, yaitu #SUCA2 alias Stand Up Comedy Academy 2 Indosiar sangat dirindukan banyak orang. 

“Kamu jahat! Ga tahu berapa lama aku harus menunggu kamu. #SUCA2!” kata teman saya yang lebay (Maaf, bohong. Ga selebay itu, hehe...). 

Semua elemen yang ada di #SUCA1 dulu, seperti penampilan komika, host, juri, mentor, dan bintang tamu sangat dinantikan di SUCA2. Elemen-elemen tersebut yang membuat jargon “ Lucunya tuh Di sini” adalah sebuah fakta nyata bahwa secara keseluruhan acaranya, #SUCA1, sukses menjadi yang paling lucu.

Berbeda dengan kakaknya yang tayang mulai 5 Oktober sampai 13 November 2015, #SUCA2 memulai perjalanannya dari tanggal 25 juli dan berlabuh di grand final luar biasa tanggal 9 September 2016. Awalnya, #SUCA2 ditayangkan setiap hari mulai pukul 19.00 sampai dengan pukul 22.30, kemudian berubah menjadi pukul 20.30 sampai pukul 24.00. Mungkin perubahan tersebut dilakukan untuk ibu-ibu dan bapak-bapak tercinta agar tidak terlalu larut untuk menonton Golden Memories.

Penayangannya sendiri, berbeda dengan kakanya, #SUCA1, dimana #SUCA2 tayang setiap hari dan berubah menjadi senin sampai jum’at ketika memasuki babak 16 besar. Selain itu, peserta yang tadinya hanya berjumlah 24 orang di #SUCA1, membengkak menjadi 42 orang di #SUCA2 dan terbagi menjadi 7 grup. 

Seperti kakaknya #SUCA1, #SUCA2-pun masih dimeriahkan oleh kelima mentor kocak yang selalu siap membantu dan membimbing para peserta membuat materi yang pecah menuju juara. Para mentor itu diantaranya: Arif “ The Legend’ Didu, Mo Sidik, Kang Isman, Bang Daned dan Kang Gilang Bhaskara.

Diangkatnya Arif “The Legend” Didu sang mentor pengangguran yang sebelumnya cuma ikut ngerecokin anak asuh mentor lain dan sasaran roasting (hehe...) sebagai mentor peserta, merupakan keputusan yang tepat. Sebagai yang paling senior, dia berhasil menunjukan kualitasnya dan membungkam mentor-mentor lain dengan menempatkan anak asuhnya sebagai juara utama.

Juri, Mentor, Host dan Penonton #SUCA2. sumber:showbiz.liputan6.com
Begitupun dengan hostnya yang masih di kuasai oleh tiga orang nyentrik yang sudah kecipratan darah Stand Up Comedy setelah menjadi host di #SUCA1. Bedanya, kali ini, sang host seribu suara, Gilang Dirga, hanya hadir 2 kali menjadi pengganti dan posisinya digantikan oleh host anak bawang UUS “The Tirex”. Sehingga komposisinya menjadi Gading Marten, Andhika Pratama dan UUS. Dan terkadang, Teh Rina Nose-pun hadir menjadi pengganti jika salah satu diantara mereka bertiga ada yang berhalangan.

Uus yang biasanya kalah dominan di banding dua host lainnya di #SUCA1, kini menjadi lebih agresif dan tidak kaku. Dia selalu pecah menghidupkan suasana, apalagi dengan transformasi terbarunya, menjadi Lumba-lumba. Semoga di #SUCA3 dia mulai melompati api, haha....

Juri.... Gimana, juri? Juripun sebagian besar masih sama dengan #SUCA1, yaitu para spesialis Stand Up dan perform, tapi terkadang mereka sering bergantian dengan juri tamu, diantaranya : Cing Abdel, Raditya Dika, Panji Pragiwaksono dan Ernest Prakasa. Adapun juri tamu yang sering hadir dan mengganti juri utama, diantaranya: Ge Pamungkas, Eko Patrio, Babe Cabita, Boris Bokir, Joe Project P, Kemal Palevi, Temon, dan Jarwo Kwat.

Sang juri fenomenal dari sisi perform dan penikmat, yang terkenal dengan saweran peningkat motivasi, Soimah, kali ini tidak menjadi juri. Tapi, ketidak hadirannya terobati dengan adanya juri sepesial seperti Luna Maya, Hannah Al Rasyid, TJ, dan Melaney Ricardo.

Maaf jika ada juri yang tidak kesebut, lupa-lupa ingat heehe. Semoga di #SUCA3 Soimah bisa kembali hadir; dapat titipan request dari ibu-ibu se-kelurahan, hehe.

Seperti di #SUCA1, para juri, juga, bertindak sebagai komentator dan eksekutor. Dimana eliminasi dari tiap grup pada setiap babaknya terus dilakukan oleh mereka, sampai akhirnya menghasilkan 3 komika terbaik di Grand Final. 

#StandUpAcademy2 #BlogSUCA2

Walau sangat dinantikan, perasaan “was-was” dan keraguan menghiasi pikiran banyak orang. Apakah #SUCA2 akan sesukses kakaknya? Apakah para komikanya mampu menyamai para komika fenomenal dari #SUCA1?

Sebuah pemikiran yang lumrah ketika sebuah acara akan melanjutkan kiprah kesuksesan dari pendahulunya. Hal tersebut bukan tanpa alasan, karena banyak sekali sebuah acara yang gagal melanjutkan kesuksesan karena tidak mampu menjaga kualitas dan menyuguhkan hal baru.

Semua mata mulai tertuju ketika babak audisi. Antusiasme dan rasa penasaran penonton terbakar ketika melihat para komika yang lolos babak audisi di dominasi orang-orang yang unik dan absurd yang terbilang aneh.

Nih, salah satu jagoan Syams di audisi yang menggemparkan seluruh Indonesia, namanya Ody. Gerrr...nya itu bermuntahan, membuat kamu ingin segera loncat ke jurang, haha. Ada yang masih ingat? Lihat aja penampilannya.


 

Penonton semakin terbakar lagi ketika penayangan pembukaan yang berisi perkenalan para komika berhasil masuk jajaran trending topik. Sayang, memasuki babak 42 dan 35 besar, keraguan mulai kembali menyebar. Walau ada beberapa komika yang mulai di puja-puja, tetapi, adanya beberapa komika yang performnya masih belum bisa membuat penonton puas menjadi penyebab utama. 

Ironisnya, dari 7 grup, ada tiga grup yang masuk blacklist dan sering dilewat penampilannya oleh penonton karena masih dianggap kurang Gerrr.... Alhasil, keseruan host, juri dan para mentor lebih dinantikan dibandingkan para komikanya sendiri. Hal tersebut dimungkinkan karena kemampuan adaptasi dan mental dalam menghadapi panggung sekelas #SUCA2 dari para peserta yang bersangkutan masih belum siap sepenuhnya.

Hebatnya #SUCA2, karena semua keraguan itu berhasil dibersihkan kembali. Tepatnya ketika memasuki babak 28 besar. Perkembangan, kualitas dan persaingan mulai mewarnai #SUCA2. Kualitas kembali ke titik terbaik, dan bahkan lebih baik dari kakaknya, #SUCA1. Beberapa peserta yang kurang baik di babak-babak sebelumnya mulai menunjukan taring.

Berkaca dari kejadian di atas, mungkin sebaiknya peserta yang ditampilkan di panggung utama cukup 28 peserta saja. Tetapi, jika masih ingin mempertahankan 42 peserta, maka audisi semakin diperketat untuk melihat kesiapan mental. Sedikit masukan, hehe.

Seperti kakaknya, #SUCA1, sejak 28 besar, #SUCA2 juga selalu ada di deretan terbaik trending topik dan semakin menanjak sampai puncaknya ketika grand final. Rasa kurang greget dan keraguan dari penonton di awal kompetisi hilang seketika; seperti tidak pernah terjadi.

Keberhasilan #SUCA2 mempertahankan kualitas yang diwariskan #SUCA1 dan bahkan melebihinya merupakan hasil dari konsistensi dan totalitas semua elemen acara yang terjaga dengan baik. Selain korelasi antara host, komentator dan juri yang selalu solid menghidupkan suasana yang merupakan ciri khas SUCA selama ini, juga, adanya para komika yang semakin bagus nan unik sehingga kompetisi menjadi lebih berkualitas. 

#SUCA2 adalah sebuah pembuktian bahwa kompetisi Stand Up Comedy yang terbaik masih milik SUCA.

Pembuktian #SUCA2 sebagai yang terbaik dibanding yang lain semakin terlihat ketika menjadi program pencarian bakat nomor wahid di Indonesia. Dan setelahnya, berhasil menyabet piala di ajang penghargaan Indonesian Television Awards 2016 sebagai program Prime Time non Drama terpopuler. Sebuah penghargaan yang memang sudah diyakini banyak orang pasti miliknya, tapi tentu saja, #SUCA2 sudah juara terlebih dahulu di hati penggemarnya.

Seperti yang saya singgung di atas, untuk urusan kualitas kompetisi, #SUCA2 bisa dibilang lebih baik dari kakaknya. Mengapa? Karena apa yang ada di #SUCA1 ada di #SUCA2, tetapi tidak sebaliknya.

#SUCA2 merupakan sebuah kompetisi Stand Up Comedy yang lebih panjang: setiap hari, dan sangat ketat nan penuh tekanan, dimana konsistensi, konsentrasi, mentalitas dan juga ketahanan fisik dituntut selalu prima. Disinilah poin yang memperlihatkan bagaimana kualitas para komikanya teruji agar mampu bertahan di kompetisi. Bahkan, 9 komika yang masuk sembilan besar #SUCA2 diakui banyak orang layak menjadi juara utama.

Dibalik rasa kekeluargaan para komika, persaingan ketat dan progres yang terjadi menyuguhkan sesuatu yang baru dan keseruan tersendiri bagi para penonton. Banyak sekali komika yang sedari awal diunggulkan mulai bertumbangan karena kehabisan bensin alias kehabisan materi bagus. Bahkan, ada yang sampai ngeblank dan sakit sehingga harus tereliminasi. Sebaliknya, ada beberapa komika yang kurang diunggulkan mampu bertransformasi menjadi lebih baik, bahkan juara.

Satu-satunya kompetisi Stand Up Comedy yang panjang, ketat dan penuh tekanan ini, akhirnya menghantarkan tiga komika ke Grand Final. Saking ketatnya persaingan di #SUCA2, mereka-pun pernah merasakan berada dalam titik terendah alias hampir tereliminasi. Mereka adalah Wawan, Arafah Rianti dan Aci Resti.

Selain yang pernah saya singgung sebelumnya, salah satu yang membuat #SUCA2 lebih baik dari kakaknya,#SUCA1, adalah Grand Final yang lebih mendebarkan. Mengapa? Karena calon juara yang susah ditebak. Saya sendiri walau mendukung Arafah dari awal, tetapi menjagokan Wawan yang juara satu dan Aci juara dua ketika berkaca dari progres dan konsistensi.

Wawan sang Juara Tiga

sumber:twitter.com/StandUpAcademy
Komika yang pengalamannya bukan tandingan bagi Aci dan Arafah, bahkan banyak yang menggadang-gadang bahwa dia yang akan menjadi juara. Sayang, ketika final dia telat panas, materinya monoton dan baru pecah ketika memasuki pertengahan. Ciri khasnya adalah ketenarannya yang masih belum ngangkat (hehe) dan keunikan materinya tentang perilaku orang-orang di Bekasi dan ketika menjadi seorang teller.

Bisa dibilang, diantara ketiga komika yang masuk tiga besar, dia yang paling tinggi dedikasinya untuk Stand Up. Dia rela mengundurkan diri bekerja di Bank dan mundur dahulu dari acara sebuah TV swasta demi mengikuti kompetisi #SUCA2.

Arafah Rianti sang Juara Dua

sumber:twitter.com/StandUpAcademy
Ini dia, komika hijaber cantik, paling muda dan absurd. Walau dia juara dua, tapi jangan anggap remeh pengaruhnya! Berkat komika asal depok ini, Stand Up Comedy umunya, dan SUCA khususnya, mampu menjangkau lebih dalam lagi lapisan masyarakat. Sedalam cintaku padanya. Eh?! Maaf, ya, Arafah, cuma bercanda. Tapi serius juga, ga apa-apa, kok, haha.... Bukan hanya Raditya Dika dan Ernest Prakasa saja, tetapi semua orang mengakui pengaruhnya itu.

Dia adalah komika dari #SUCA2 yang paling populer. Ingat #SUCA2, maka orang akan ingat Arafah. Begitupun sebaliknya.

Dengan ciri khas suara unik dan materi absurd yang mungkin susah untuk dimengerti sebagian besar orang, dia mampu menghasilkan tawa dan apresiasi. Bahkan, orang tua yang sudah lanjut usia dan balita ketika melihat tayangan #SUCA2, mereka akan bertanya “Arafah mana?” walau saat itu dia tidak tampil atau hanya sekedar iklan saja. Mengerti atau tidak dengan materinya, mereka tetap ketawa. Sebuah persona yang mungkin susah dimiliki oleh kebanyakan komika.

Bukan terlalu membesarkan-besarkan, tapi fakta dilapangan yang berbicara, jika salah satu faktor kepopuleran #SUCA2 adalah karena keberadaanya. Infotainment hampir setiap hari meliputnya, karena banyak orang yang selalu ingin melihatnya. #IndosiarEffect menarik mata penonton untuk melihat SUCA, #SUCAEffect membuat penonton mencintai Stand Up Comedy dan tumbuh dalam hati, dan #ArafahEffect membuat Stand Up Comedy bukan hanya tumbuh tapi mengakar di hati banyak orang.

Aci Resti sang Juara Satu

sumber:twitter.com/StandUpAcademy
Komika imut dan agak tomboy asal Tanggerang ini bisa dibilang sebagai underdog, karena kurang diunggulkan. Komika yang Wawan sebut-sebut wajahnya mirip Ki Daus ini, awalnya sering tidak stabil karena grafiknya naik turun, tetapi ketika memasuki babak krusial, progresnya paling menanjak dibanding yang lain. Dia mampu menyingkirkan saingan-saingan yang notabene adalah para unggulan utama.

Tidak ada yang menyangka kalau komika yang mempunyai ciri khas membawakan materi dengan gaya orang yang lagi kesal ini mampu menjadi juara. Dia mampu membawakan materi keresahan dalam hidupnya dengan delivery yang sangat bagus. Bahkan, dia satu-satunya komika yang sering membuat semua juri berdiri dan membuat Arif Didu menangis! (Ingat umur bang Arif. Nangis melulu, haha...)

Selamat kepada kalian bertiga, terutama kepada Aci dan Arafah, karena kalian adalah kesatria perempuan dalam istana Stand Up Comedy.

Yang belum menonton Grand Final #SUCA2, silahkan lihat di video berikut.



Walau babak final sangat seru dan mendebarkan, tetapi ada yang sedikit mengganjal di hati. Yaitu kapasitas tempat duduk, karena banyak sekali pendukung para komika yang datang ke studio tidak kebagian. Entah sebagai efek meriahnya final, atau di luar dugaan penanggung jawab acara. Semoga nanti di #SUCA3 kapasitas tempat duduk Grand Final bertambah hehe.

#StandUpAcademy2 #BlogSUCA2

Terlepas dari pendapat orang yang mungkin pro dan kontra, tetapi #SUCA2 berhasil mempertahankan kualitas dan bahkan menghadirkan kompetisi yang lebih baik dari pendahulunya. Telat panas di awal itu hal biasa karena berikutnya menggebrak dengan luar biasa melalui persaingan sengit para komika.

Secara keseluruhan #SUCA2 “Gerrrrr-nya...BERGENTAYANGAN!” keseluruh penjuru negeri. Semoga #SUCA3 lebih gentayangan lagi. SUKSES terus Stand Up Comedy dan SUCA.

Bandung 07-10-2016 / 09:26:57
By: Syams-X

2 komentar:

  1. lengkap banget , sayang gak ngikutin SUCA hehehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sayang sekali. Tapi Pilihan tepat mampir kesini! udah baca2 langsung nonton aja video2 kelucuannya, banyak di vidio.com ;)

      Hapus