'disini untuk koding ga bisa di copy display:block; -webkit-user-select:none; -moz-user-select:none; -khtml-user-select:none; -ms-user-select:none; user-select:none; unselectable:on;

.

Pulsa Murah

Puisi: Dia Yang Berlayar



 
sumber gambar: charterworld

/I/
Sahabat,
Berita sakitmu adalah sambaran petir untukku.
Delapan tahun aku mengarungi waktu tanpa kabar darimu.
Ketika kabar itu datang adalah kabar kau terbaring di atas kasur pesakitan.
Istrimu bercerita sudah enam bulan kau berlayar di samudra yang tak seorang pun tahu.
Tak berikan kedipan, juga isyarat.
Apa yang kau cari?
Bagaimana wujud samudra itu?
Begitu asikkah disana?
Hingga satu kedipan pun tak kau berikan.
Di balik duniamu linangan air mata membajiri hati dan jiwa orang-orang yang menyayangimu.
Bangunlah.
Dengar dan rasakankanlah sendu yang bergema.
Do’a dan harap menemaniku, juga kawan kita yang lain.
Walau lautan dan pulau-pulau memisahkan jarak tetapi ikatan persahabatan kita sudah membelah bumi dan menembus langit.
Setitik kabar dinanti walau itu hanya satu gerak jarimu.
Berikanlah kepastian kawan.
Harap cemas yang sudah menggerayami hatiku telah menghentikan waktu dan mengaburkan degup jantung.
Bangunlah.
Jangan kau sembunyikan petunjuk di balik sayap malaikat.
Aku menunggu.
Istrimu mneunggu.
Keluargamu menunggu.
Kawan-kawan kita menunggu.
Ketegaran hati dan nurani kami merangsek pergi  mendengar kabar genitnya selang infus selalu mencumbumu setiap waktu.  

/II/
Aku tak tahu apakah Malaikat memintamu berlabuh atau kau sudah rindu matahari daratan. Saat kau memutuskan kembali membawa senyuman yang lama hilang.
Kau tahu perasaanku?
Hatiku meledak-ledak menyemburkan bahagia dan perasaan lega.
Tiupan kabar bahagia bagai topan yang menyapu daratan.
Kawan-kawan kita melepas ucap syukur ke langit dari balik sangkar riang gembira.
Walau hanya tiga hari!
Tiga hari waktu yang kau miliki untuk mewariskan syai-syair mutiara kehidupan. Memberikan dorongan untuk mencintaiNYA.
Untuk menjadi contoh kekhilafan.
Ku ucapkan terima kasih atas syairmu, sahabat.
Akan kuingat dan kuikat dalam relung terdalam untuk menjadi udara dalam sesaknya duniawi.
Ikhlasku untuk kepergianmu kali ini.
Berlayar untuk yang terkahir kali dari daratan yang menerima kita dalam lingkar cinta dan cobaan.
Maaf jika saat kau pergi terdengar suara lirih dan derasnya air mata.
Tunggu aku di sana.
Tunggu istrimu di sana.
Tunggu keluargamu di sana.
Tunggu kawan-kawan kita di sana.

Syams-X
Bandung, 2016

0 komentar: