'disini untuk koding ga bisa di copy display:block; -webkit-user-select:none; -moz-user-select:none; -khtml-user-select:none; -ms-user-select:none; user-select:none; unselectable:on;

.

Pulsa Murah

Dari Mata Sang Pengemis

Di suatu tempat menunggu angkot.

Entah dimana gadis itu berkuliah. Gayanya yang tomboy. Rambut panjang yang terikat. Earphone putih yang tak pernah mau lepas dari telinga. Seperti hari-hari sebelumnya, dia pasti mengomel jika angkot yang dia naiki masih saja ngetem. Pada akhirnya, dia di jemput sahabatnya. Mungkin dari 100 angkot, hanya 3 angkot yang berhasil membawanya.

Si hijab hitam. Itu adalah panggilan yang pas untuk gadis yang satu ini. Apapun pakaiannya, pasti hijabnya berwarna hitam. Terlihat modis dan selalu menjaga kecantikannya dengan baik. Kalau berjalan pasti terburu-buru. Sayang, aku tak bisa menebak apa pekerjaannya.

Dia selalu muncul paling pagi. Tak mengenal hari libur. Dia bekerja di sebuah toko karena pernah kudengar dia berkata kepada seorang ibu. Tapi toko apa, ya? Biasanya sebuah toko bukanya paling pagi pukul 8. Sungguh gadis yang rajin.

Dari seragam yang dia kenakan, pasti perempuan yang satu ini bekerja di sebuah perusahaan yang berhubungan dengan dunia otomotif. Tatapannya yang tajam jelas terlihat saat kuhampiri. Dia pasti orang yang sangat teliti. Pekerja keras adalah kepastian, karena terlihat ketegasan dan ketika berjalan tidak pernah teralihkan oleh keadaan sekitar. Fokus sampai dia bisa masuk ke dalam sebuah angkot.

Si santai selalu mengeluh. Entah apa yang dipikirkan pemuda yang satu ini. Selalu terlambat. Ketika angkot-angkot sudah jarang kemunculannya, dia tiba. Selalu terlihat kesal dan mengeluh karena hampir setiap hari menunggu angkot 1 sampai 2 jam lamanya. 

***

Ada apa dengan pengemis yang satu ini. Kalau sudah menatap kearahku, pasti lama banget. Mau kasih uang juga pikir dua kali dulu. Ilfill juga di lihatin melulu, udah gitu angkotnya lama banget, mending minta di jemput temen aja daripada lama-lama dilihatin. Serem!

Lagi…lagi, dan lagi pengemis itu melihatku tajam. Hampir setiap hari dia melakukannya. Lebih baik kupercepat jalanku agar bisa segera masuk ke angkot. Kalau melihat tatapannya, risih dan takut bercampur dalam hatiku. Niat mau ngasih uangpun jadi luntur.

Sebenarnya aku kasihan juga lihat pengemis yang satu ini. Entah jam berapa dia datang ke tempat perhentian angkot. Tapi…, cara dia melihat ke arahku sungguh aneh. Sebaiknya aku ga ngasih uang, takut penguntit yang menyamar.

Pasti tidak akan ada yang mau ngasih uang ke pengemis yang satu ini. Mencurigakan. Lihatin terus, dan terkadang menghampiri. Walau sudah sering kupelototi, masih saja sering lihatin. Lebih baik aku berjalan terus menuju angkot tanpa perlu melihat kearahnya. Hati akan merasa tenang kalau sudah ada di dalam angkot.

Arrgghhh…! Tidak masalah kalau angkot yang kutunggu lama, karena aku tidak sedang terburu-buru. Tapi kelakukan pengemis itu sungguh mengesalkan. Apa maksudnya dengan melihatku seperti itu, seolah sedang mengamati penjahat saja. Ingin rasanya kupukul wajahnya. Semoga tidak ada yang mau ngasih uang padanya.

SYAMS-X 23/06/15

Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh,
tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan
tidak ada unsur kesengajaan.

0 komentar: