'disini untuk koding ga bisa di copy display:block; -webkit-user-select:none; -moz-user-select:none; -khtml-user-select:none; -ms-user-select:none; user-select:none; unselectable:on;

.

Pulsa Murah

(Berani baca, gak?) Celotehku Untuk Indramayu Kota Budaya

sumber gambar: oleh2indramayu.com

Ketemu lagi dengan tulisan Syams. Kali ini, mau berceloteh tentang harta bangsa Indonesia, nih. Apalagi kalau bukan kebudayaan. Khususnya, kebudayaan yang ada di kota Indramayu.

Sedikit pembukaan. Ada alasan tersendiri mengapa tulisan Syams kali ini depannya ada kata “berani baca, gak? Karena jika berbicara kebudayaan negeri tercinta, maka kemungkinan besar dari 80 persen orang yang baru melihat judulnya saja; perasaan malas untuk membaca akan menggerayangi mereka. Sebuah fakta yang menyakitkan memang, tapi itulah kenyataanynya. Coba judulnya “Serunya konser K-Pop di Indramayu Kota Budaya. (Yakin banget, 80 persen itu berkerumun, haha.)

Apa salah kebudayaan tradisional, hingga banyak yang malas membaca, membahas, atau menyaksikannya? Toh, mau tradisional ataupun modern sama-sama kebudayaan, bro. Kalau bukan karena benar-benar cinta terhadap kebudayaan tradisional, maka, orang yang mau membaca atau membahas kebudayaan pasti sedang memiliki tugas, mengikuti suatu syarat atau mencoba menarik perhatian, hehe.

Zaman sekarang adalah zaman yang berat untuk kehidupan budaya negeri tercinta. Sabar, ya, kawan. Saya pernah diketawain karena ngefans sama wayang golek. Kalau secara logika emang salahnya apa jika saya suka wayang golek? Tapi ini pasti lebih keterikatan dengan waktu: lampau dan modern. 

Kebudayaan tradisional kurang populer dengan munculnya kebudayaan modern. Orang yang mentertawai saya, tidak salah, begitupun kebudayaan modern. Yang salah adalah pelestariannya yang kurang. Cinta aja bisa pudar jika mengalami rentang waktu, dan baru tumbuh lagi saat saling bertemu dalam rentang waktu, juga.

Bisa dibilang, generasi saat ini adalah korban dari pelestarian yang tidak berlangsung baik, entah karena kurang motivasi atau sarana dan prasarana yang kurang mendukung. Kebudayaan suatu bangsa akan hidup jika diakui dengan hati dan apresiasi. Saat ini, kebudayaan sedang terpojokan dalam lingkar keprihatinan. Betul, ga?

***

Mari mulai. Ada yang tahu Kota Indramayu? Pasti semua pada tahu jika mengacu kepada Mangga. Tapi, saya yakin kalau budayanya yang beragam jarang ada yang tahu, bahkan tidak tahu sama sekali. Saya aja yang hidup selama enam tahun di sana cuma tahu Tarling sama tari Topeng, hehe. Maaf, ya, Indramayu.

Baiklah, sebelum berceloteh lebih banyak, ayo berkenalan dengan kebudayaan di kota Budaya, Indramayu.

Indramayu merupakan kota dimana mangga tumbuh subur dan menjadi primadona. Kok, bukan Bandung? Maaf, bukan kata mangga yang diucapkan sebagai balasan kalau ada orang bilang punteun, haha.... Tapi buah Mangga; simanis nan eksotis. 

Ingat mangga maka ingat Indramayu. Ingat cinta maka ingat kamu (eh, apa, siihhh..., ga penting!) haha. Tidak diragukan lagi oleh banyak orang, jika Mangga adalah kekasih sejati Indramayu. Kalau mau Mangga silahkan datang ke Indramayu, ya, mumpung lagi pada berbuah. Jangan datang kesaya, hehe.

Sebenarnya ada banyak jenis Mangga di Indramayu, tetapi yang paling terkenal dan melegenda adalah Cengkir dan Gedong Gincu yang sudah saya singgung sebelumnya. Mangga Cengkir yang bongsor, berdaging tebal, dan rasa manis yang selalu mencumbu lidah saat dimakan adalah ciri khas utamanya. Kalau menurut saya, enaknya memakan Mangga ini sebelum benar-benar matang, karena masih terasa mengkel saat dikunyah, tetapi tergantung selera juga, sih.

sumber gambar: rinaldimunir.wordpress.com
Berbeda dengan Mangga Cengkir, Gedong Gincu bentuknya lebih kecil, agak bulat kaya buah apel, dan warna kulitnya berupa gradasi warna hijau, kuning, oranye dan merah. Kalau si Cengkir menggoda mata dengan bentuknya yang besar, maka warna kulit adalah senjata penggoda si Gedong Gincu; baru lihat luarnya saja, kita bisa langsung ngiler. Ketika melihat dalamnya, dijamin air liur semakin menggelontor, dan ketika dagingnya menyentuh lidah, sensasi manis akan menerbangkan kita dalam kenikmatan dan bersyukur telah terlahir kedunia, hehe. Waduhh..., jadi terbawa suasana begini, haha....

Keberadaan Mangga terbaik Indonesia di Indramayu, adalah sebuah fakta dari ungkapan jangan melihat buku dari covernya saja. Bagaimana tidak, Indramayu yang terkenal panas dan berlahan yang selalu terlihat tandus memiliki anugerah Tuhan yang berupa Mangga termanis yang berbeda dengan tempat lain. Kalau tidak percaya, silahkan bawa bibit Mangga dari Indramayu kemudian tanam di daerah luar Indramayu, saya yakin, tidak akan semanis jika ditanam di tanah kelahirannya. Sudah saya buktikan soalnya. Ujung-ujungnya beli yang original, kalau gak minta dibawain teman dari Indramayu, ya, beli dari pasar, hehe.

Katanya mau bahas kebudayaan, tapi dari tadi malah bahas Mangga melulu!

Eits..., jangan salah. Mangga termasuk salah satu kebudayaan Indramayu, loh. Kok, bisa?

Menurut  Selo Soemardjan dan Soeleman Soemardi: kebudayaan berarti semua hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. Sehingga, bagi saya, Mangga yang di puji dan berada di tempat tertinggi di hati masyarakat Indramayu sebagai sebuah kebanggan tersendiri merupakan hasil dari rasa (cinta) dan cipta (mindset maskot). Jadi, jangan anggap Mangga buah biasa bagi Indramayu. Itu pendapat, Syams, ya, gak, tahu kalau yang lain.

***

Setelah tadi Syams membuka dengan sedikit berkenalan dengan si manis Mangga yang sudah menjadi bagian dari kebudayaan alam Indramayu. Sekarang, kita meluncur lagi untuk lebih mengenal kebudayaan dari sisi adat/kegiatan dan kesenian.

Syams sengaja mengawali dengan Mangga terlebih dahulu dengan maksud sebagai jembatan memasuki jargon Indramayu Kota Budaya, karena jargon Indramayu Kota Mangga lebih terkenal dan sudah terikat pada mindset banyak orang. Hal tersebut tentu saja bertujuan agar setiap orang menerima Indramayu kota Budaya dalam mindset barunya untuk menghargai semua kebudayaan di Indramayu, mengingat Mangga sendiri sudah menjadi bagian dari budaya tersebut.

Sama seperti daerah lain yang ada di Tanah Air Tercinta, ini, Indramayu-pun memiliki kebudayaan yang beragam, baik dari segi kebudayaan yang bersifat adat/kegiatan maupun seni. Tetapi, permasalahan utama Indramayu dan banyak daerah adalah kebudayaan yang beragam itu tidak diketahui atau kurang dikenal oleh masyarakat luar, atau yang lebih parah, mungkin masyarakatnya sendiri. Sehingga, perlu adanya pelestarian.

Sebagai wilayah yang merupakan campuran antara Sunda dan Jawa, kebudayaan di Indramayu-pun dipengaruhi oleh keduanya alias akulturasi. Sehingga, jangan heran atau merasa familiar jika ada budaya yang nampak ada sedikit kemiripan.

Yuk, yang belum tahu, mari kita sama-sama berkenalan dengan beberapa kebudayaan Indramayu lainnya. Jangan mikirin Mangga terus, hehe. Pokoknya harus mau tahu, ya. Sebenarnya pengen panjang lebar dan menggelegar, tetapi takut pada kabur, ah, jadi di ekstrak aja secara singkat dan padat, baru setelah itu kita lanjut lagi dengan celotehan Syams, hehe....

Ini, dia, beberapa kebudayaan yang ada di Indramayu yang saya bisa kasih infonya:

Dari sisi budaya yang bersifat adat/kegiatan yang melekat dimasyarakat

Nadran

sumber gambar: danielmsy.com
Upacara ini merupakan sebuah cerminan dari sebuah hubungan manusia dengan sang pencipta yang berupa ungkapan rasa syukur akan hasil tangkapan ikan dan mengharapkan akan meningkatnya hasil di masa mendatang, serta dijauhkan dari bencana dan mara bahaya dalam mencari nafkah di laut. Umumnya, upacara adat nadran ini diselenggarakan antara bulan Oktober sampai Desember di Pantai Eretan, Dadap, Karangsong, Limbangan, Glayem, Bugel dan Ujung Gebang. Karena melibatkan banyak orang, Nadran-pun selalu ramai dan semarak dengan nyanyian-nyanyian dan tetabuhan.

Dari sumber info saya (teman), Nadran ini merupakan salah satu kebudayaan terpopuler di sebagian wilayah Indramayu. Acaranya selalu meriah dan menyedot banyak mata untuk menyaksikannya. Bagi yang suka tantangan dan keseruan, apalagi selfie di atas perahu, sangat cocok untuk mengikuti acara ini. 

Menurut saya, ada beberapa nilai yang bisa kita ambil dari Nadran : menjaga warisan leluhur, kebersamaan, rasa syukur, religius, dan pelestarian budaya.

Ngarot

sumber gambar: fajarnews.com
Upacara ini sudah ada sejak abad 16 dan sampai sekarang masih di selenggarakan, terutama oleh masyarakat desa di Kecamatan Lelea setiap menjelang penggarapan sawah. Upacara ini dilaksanakan agar mendapatkan hasil pertanian yang melimpah dan biasanya diadakan setiap hari rabu, minggu keempat bulan November. Pesertanya sendiri adalah para muda- mudi dengan kostum yang khas dan aksesoris yang gemerlap.

Dari sumber info saya (teman), Ngarot adalah salah satu kegiatan yang paling ditunggu dan mungkin paling dinantikan pagelarannya. Acaranya ramai dan penuh kegembiraan karena selain melibatkan muda-mudi sebagai peserta acara, juga, para penonton yang antusias selalu berkerumun menyaksikan. Bagi yang suka keseruan dan ramainya festival budaya, cocok nih datang ke acara Ngarot, juga bisa melihat gadis-gadis desa yang cantik-cantik. Uhuk... uhuk..., ehem..., kayanya November mau ke Indramayu, ah, hahaha.

Menurut saya, ada beberapa nilai yang bisa kita ambil dari acara Ngarot: semangat untuk bertani, melanjutkan usaha leluhur, transfer semangat untuk para pewaris, dan pelestarian budaya.

Jaringan

sumber gambar Lokasi Jaringan: merdeka.com

Upacara kaum remaja yang bertujuan untuk mencari pasangan hidup yang dilaksanakan pada malam bulan purnama. Kegiatan ini bertempat di desa parean Kecamatan Kandang Haur.

Seiring waktu, bukan hanya remaja saja yang selalu ikut andil, tetapi janda dan duda-pun tidak ketinggalan berpartisipasi mencari jodoh melalui jaringan yang artinya menjaring jodoh. Selain itu, pakaiannyapun sudah berubah, yang biasanya memakai baju kurung untuk gadis dan kebaya untuk janda, kini pakaianya bebas. 

Dari sumber info saya (teman), katanya mata akan dibiarkan berkeliaran mencari cinta, jika ada yang membalas tatapan itu lebih dari 5 detik yang di iringi senyuman manis berarti aliran cinta mengalir, mulailah perkenalan. Tapi kalau sampai lima menit terus menatap dan diiringi ketawa keras, pasti ada yang salah dengan anda, haha. Maaf, bercanda sedikit, ya, hehe. Setelah berkenalan, biasanya jajan bareng, diantar pulang, dan berbicara dengan orang tuanya. Hal tersebut dilakukan sebagai pemberian tanda, jika sang gadis calon pendamping hidupnya.

Ehem... ehem, yang lagi serius membaca penjelasan Jaringan, hehe. Udah, datang aja ke lokasi, kali-kali aja dapat jodoh juga, hehe.

Menurut saya, ada beberapa nilai yang bisa kita ambil dari acara Jaringan : sosialisi, ikhtiar mencari pasangan, dan pelestarian budaya.

Ngunjung

sumber gambar: guntursapta.blogspot.co.id

Atau lebih dikenal dengan Unjungan, Yaitu upacara syukuran yang dilaksanakan di kuburan- kuburan yang dianggap keramat. Biasanya,  dilaksanakan pada bulan syuro mulud menjelang dimulainya masa tanam padi. Pada malamnya, ada juga yang menggelar hiburan seperti wayang kulit dan lain sebagainya

Di acara ini, kita bisa melihat aneka makanan khas dan enak buatan warga, dan tentu saja kita bisa ikut mencicipi dengan syarat harus datang ke tempat acara. Ya, iyalah, masa mau ikut makan tapi diem di rumah, haha. Cocok buat dikunjungi sama yang suka kuliner gratis dan selfie depan makanan, nih.

Menurut saya, ada beberapa nilai yang bisa kita ambil dari acara Ngunjung : sosialisi, silturahmi, gotong royong, rasya syukur, sebuah do’a, dan pelestarian budaya.

Sedekah Bumi

sumber gambar: fajarnews.com

Upacara yang dilaksanakan oleh petani pada saat akan turun menggarap sawah, biasanya dilakukan pada awal musim hujan; sekitar bulan Oktober sampai Desember. Prosesi upacara ini biasanya dimulai dari berkumpulnya masyarakat disuatu tempat, biasanya sawah percontohan (sawah milik bersama atau perorangan yang digarap bersama) atau yang luas dan strategis dekat jalan, mungkin bertujuan agar mudah dijangkau banyak orang.

Tujuan utama acara ini adalah do’a bersama demi kebaikan bersama, baik yang berhubungan dengan kehidupan maupun kesuksesan usaha, bertani misalnya. Setelah itu, semua yang hadir langsung menyantap makanan bersama-sama.

Dari sumber info saya (teman), dalam acara ini juga, biasanya suka diadakan hiburan berupa pagelaran seni seperti wayang kulit dan lain sebagainya, seperti Unjungan.

Menurut saya, ada beberapa nilai yang bisa kita ambil dari acara Sedekah Bumi : silturahmi, gotong royong, rasya syukur, keikhlasan, sebuah do’a dan pelestarian budaya.

Mapag Tamba

sumber gambar: antarafoto.com

Upacara yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengusir penyakit, dengan cara membawa air tambak ke dalam bungbung bambu yang berasal dari kasepuhan atau sumber, tujuannya untuk disiramkan ke air yang mengalir ke sawah pada sawah yang berada di batas desa.

Dari sumber info saya (teman), air itu di bawa oleh para utusan desa yang disebut pamong desa. Kemudian, para pamong desa dibagi lagi menjadi beberapa kelompok di dalam menyiramkan air di dalam bungbung tersesebut. Bisa dibilang, Mapag Tamba, ini, merupakan kelanjutan dari acara Sedekah Bumi.

Menurut saya, ada beberapa nilai yang bisa kita ambil dari acara Mapag Tamba : gotong royong, sebuah do’a, ikhtiar dan pelestarian budaya.

Mapag Sri

sumber gambar: wanasari.indramayu.desa.id

Nah, kalau yang ini adalah episode terakhir dalam siklus budaya pertanian di Indramayu. Setelah sebelumnya Sedekah Bumi, kemudian berlanjut ke Mapag Tamba, dan diakhiri dengan Mapag Sri, ini. Upacara atau acara ini dilaksanakan dengan tujuan unutk mengungkapkan rasa syukur kepada sang pencipta atas tibanya masa panen.

Untuk lokasinya sendiri, sama dengan Sedekah Bumi, dan acaranya sendiri dimulai dari berdo’a, potong padi pilihan untuk dijadikan bibit, terus makan bersama. Puncaknya, mengadakan pagelaran kesenian wayang kulit sehari semalam dengan lakon khusus dan biasanya dilaksanakan di balai desa.

Padi yang di potong di acara ini hanya beberapa ikat saja sebagai simbolis dan calon benih mendatang, jadi merupakan padi terbaik. Karena panennya sendiri baru dilaksanakan keesokan harinya.

Menurut saya, ada beberapa nilai yang bisa kita ambil dari acara Mapag Sri: silturahmi, gotong royong, rasya syukur, sebuah do’a dan pelestarian budaya.

Jika diambil kesimpulan, kebudayaan dari segi kegiatan atau acara adat ini hampir kesemuanya adalah sebuah bentuk dari rasa syukur kepada Sang Pencipta dan perjuangan untuk tetap melestarikan warisan budaya. Jadi, tetap jaga dan lestarikan.

Dari sisi Kesenian yang melekat dimasyarakat

Tarling

sumber gambar: selembargodonggedang.wordpress.com

Gitar dan Suling. Merupakan perpaduan seni musik dan lagu yang pada awalnya di tampilkan dalam bentuk nyanyian yang hanya diiringi gitar dan suling. Kini, sudah bertransformasi menjadi lebih beragam alat musik yang terlibat. Bahkan, jenisnyapun bertambah seiring dengan perpaduan jenis musik lain, TarDut (Tarling Dangdut) misalnya.

Tari Topeng Dermayon

sumber: pikiran-rakyat.com

Ini dia favorit saya. Saya mengenal atau menyukai tari topeng ini karena selalu ada di acara pentas seni sekolah. Dari lima jam acara pensi, dua jamnya milik tarian yang satu ini. Awalnya, saya tidak suka, mungkin karena tidak mengerti maksud gerakannya, tidak seperti tarian modern mudah dicerna. Karena keseringan menonton dan diberitahu bahwa tarian ini memiliki filosofi kehidupan, mulailah saya penasaran, mengingat saya suka dengan filosofi.

Seiring waktu berjalan, saya menyukai tarian ini, karena bisa menyampaikan pesan kehidupan. Bandingkan dengan tarian modern yang kebanyakan bertumpu kepada sisi estetika gerak saja. Bahkan, saking sukanya sama tarian yang satu ini, salah satu puisi yang saya buat berdasarkan tari topeng ini. Sebenarnya, sesuatu yang kita suka atau tidak suka bergantung apakah kita sudah mengenalnya atau belum. Jadi, jika belum mengenal seni budaya secara dalam, jangan pernah bilang tidak suka!

Bahkan, Sunan Gunung Jati dan Sunan Kalijaga menggunakan tari yang satu ini untuk menyiarkan agama Islam. Wow...! Selain itu, warna topeng, jumlah topeng, dan jumlah gamelan pengiringnya mempunyai makna tersendiri dalam penggambaran kehidupan.
 
Tahu, gak, kalau Tari topeng Dermayon, ini, memiliki komposisi gerak tari yang khas. Selain itu, kostum topeng yang berciri spesifik membuatnya beda dengan Tari topeng daerah lain. Sama seperti kesenian lainnya, Tari topengpun memiliki maestro, dia adalah ibu Rasinah.
 

Wayang Golek Cepak

sumber gambar: antaranews.com

Selain wayang kulit, Indramayu memiliki wayang golek cepak, yang merupakan bagian dari wayang purwa. Yang membedakan wayang ini dengan lainnya adalah lakon dan alur cerita, bentuk dan rupa tokohnya tidak di ambil dari pakem pewayangan.

Sebagai fans berat Wayang Golek, saya sangat tertarik dengan kesenian yang satu ini karena belum pernah melihatnya. Dengan melihat wayangnya, saya berkesimpulan jika wayang jenis ini alur ceritanya sama tentang kehidupan tetapi ceritanya lebih bebas tergantung sang dalang, bahkan negara saat inipun bisa dijadikan cerita, sehingga tidak terikat dunia pewayangan.

Mengingat ini adalah wayang, saya yakin pelestariannya perlu lebih ditingkatkan, terutama dari segi pewarisan.

Genjring Akrobat

sumber: danielmsy.com

Sebuah kesenian yang berupa aktraksi dengan media tangga dan sepeda roda satu yang diiringi alat musik genjring/ rebana dengan di lengkapi tari rudat. Tetapi seiring kemajuan zaman, kadang medianyapun ditambah agar lebih seru dan tidak membosankan, misal dengan motor atau sepeda roda dua.

Saya belum pernah melihatnya secara langsung, tapi sepertinya sama dengan sirkus mungkin,ya. Patut untuk disaksikan.

Sintren atau Lais

sumber gambar: tosupedia.com

Kesenian ini salah satu kesenian rakyat yang masih hidup dan berkembang, terutama di masyarakat pesisir utara. Selain nuansa magic dan kurungan ayam, yang menjadi daya tarik lain kesenian sintren ini adalah musik yang sangat khas berupa buyung, kendi dan bumbung/batang bambu.

Uniknya kesenian ini adalah sang penari sintren yang katanya tidak sadarkan diri ketika menari karena sebenarnya tubuhnya kosong, dan baru sadar lagi setelah pingsan ketika ada uang logam yang mengenai tubuhnya. Hmmm...., jadi penasaran sama kesenian yang satu ini.

Kuda Lumping

sumber gambar: satogallery.com

Nah, kalau yang ini pasti banyak orang yang tahu. Kesenian dengan ciri khas penarinya yang menaiki kuda-kudaan yang terbuat dari kulit/lumping sambil melakukan atraksi yang berbau magis.

Berokan

sumber gambar:uchamukadisarna.blogspot.co.id

Merupakan kesenian pertunjukan tari seperti barongsai dari Cina. Dimana berok atau berokan, atau dulu dikenal sebagai Rongrong Barong melakukan aksi pertunjukan tarinya di depan banyak orang. Bentuknya yang unik dan aneh menjadi daya tarik tersendiri untuk orang dewasa, tetapi bagi sebagian anak kecil sangat menakutkan.

Jika diambil kesimpulan, kebudayaan dari segi seni ini memiliki keunikan dan filosofi tersendiri, yang bertujuan untuk meghibur juga memberikan sebuah pelajaran hidup.

Nah, itu dia beberapa kebudayaan yang bisa saya informasikan dari Indramayu Kota Budaya. Bagaimana? Unik-unik dan menarik, kan, kebudayaan yang ada di sana. Jika penasaran, jangan tanya saya, jangan tanya teman juga, tapi datang langsung ke Indramayu Kota Budaya.

***

Sedari awal, saya sangat bersemangat untuk menulis tentang kebudayaan di Indramayu. Selain sebagai rasa terima kasih karena saya pernah tinggal disana, juga sebagai hadiah ulang tahun yang ke 489 yang jatuh pada tanggal 7 Oktober. Selamat ulang tahun, dan semoga semakin maju.

Ketika akan menulis, saya bingung. Otak saya tidak tahu apapun, hehe..., searching juga ga bagus kalau tidak memiliki pengetahuan pondasi karena hanya sebagai referensi saja.

Mengingat pengetahuan saya mengenai kebudayaan Indramayu sangat kurang, bahkan nol, maka saya menghubungi teman-teman yang ada di sana untuk meminta bantuan. Berharap mendapatkan info, tetapi ternyata banyak dari mereka yang tidak tahu dan beberapa samar-samar; katanya pernah dengar tapi tidak tahu bagaimna acaranya. Untungnya, ada satu yang tahu, secara dia pernah maju di pemilihan Nok dan Nang, hehe. Walau gak juara, tapi informasi yang dia berikan untuk saya juara banget, hehe. 

Berkaca dari persentase yang tidak mengetahui lebih banyak jumlahnya (dibanding yang tahu), saya mengambil kesimpulan kalau pelestarian kebudayaan di Indramayu masih kurang. Karena, yang orang asli atau pernah tinggal saja tidak tahu, bagaimana dengan orang luar yang belum pernah ke Indramayu. Sesuatu yang terbilang tidak aneh, mengingat banyak sekali daerah di Indonesia yang mengalami kondisi serupa. Tetapi, jika dibiarkan akan menjadi sebuah penyesalan dimasa hadapan.

Kebudayaan di Indramayu sangat membutuhkan pelestarian, terutama kesenian. Regenerasi kesenian ini lebih susah dibanding yang adat, karena membutuhkan keahlian, sehingga selain pengenalan juga harus adanya pelatihan rutin. Selain itu, hadirnya kesenian modern yang lebih menarik hati anak zaman sekarang terkadang menjadi tantangan utama dalam proses regenerasi, sehingga harus intens dilakukan.

Kebudayaan modern memang sedang berada dalam puncaknya, tetapi bukan berarti tidak bisa disaingi, karena hanya kalah dari segi pengenalan saja. Ingat, tak kenal maka tak sayang. Hampir di setiap media; baik cetak maupun elektronik, kebudayaan modern menjamur. Kebudayaan tradional?

Mungkin sudah saatnya semua pihak yang terkait, yaitu masyarakat dan pemerintah bersatu untuk terus berusaha melestarikan kebudayaan-kebudayaan yang ada di Indramayu, sehingga Indramayu Kota Budaya bukan sekedar jargon saja, melainkan fakta. Coba tebak, saya orang keberapa yang melakukan ajakan seperti ini? Kalau tidak ribuan, pasti jutaan, karena saya sering membaca atau melihat ajakan seperti ini. Hal tersebut menandakan hati nurani setiap orang mempunyai keinginan sama tetapi media dan jalannya tidak ada.

Mari renungkan, kemudian perjuangkan. Kebudayaan Indramayu yang beragam, unik, dan mengandung pelajaran hidup sangat sayang jika sampai hilah ditelan bersama berlalunya waktu. Berikut beberapa saran yang mungkin bisa dijadikan rujukan agar kebudayaan di Indramayu, khusunya, dan umunya di seluruh wilayah yang ada di Indonesia terjaga kelestariannya:

#Kenalkan Kebudayaan Sejak Dini

Salah satu senjata ampuh agar kebudayaan terjaga kelestariannya. 

Seringlah bawa anak-anak ke tempat-tempat pagelaran budaya, atau ikutsertakan mereka di dalam pagelaran tersebut. Saya menyukai wayang golek dan calung karena sejak kecil sudah mengenalnya. Hampir setiap ada pagelarannya, saya selalu dibawa oleh orangtua. Dari yang  awalnya ga tertarik sama sekali menjadi fans berat sampai saat ini, sama besar dengan ngefansnya saya sama Nirvana dan Avenged7x, haha.

Ayo..., bapak-bapak dan ibu-ibu yang ada di Indramayu, ajak putra-putrinya menyaksikan acara Budaya, apapun itu yang penting positif, tari topeng misalnya, hehe. Seperti halnya artis, jika tidak mempunyai fans maka karirnya akan berakhir, maka pengenalan sejak dini ini akan melahirkan fans baru. Tidak masalah jika banyak yang tidak menjadi pelaku, tetapi dengan mengenal dan tumbuh rasa cinta kepada budaya, para pelaku akan selalu hadir dengan sendirinya.

#Kenalkan dan Praktekan Kebudayaan di Dunia Pendidikan

Mulai dari taman kanak-kanak sampai Sekolah Menengah Atas; berikanlah ruang bagi anak-anak mengenal kebudayaan daerahnya, mungkin satu hari dalam seminggu dijadikan sebagai hari budaya. Setelah itu, adakan praktek beberapa kebudayaan di depan kelas dengan membagi mereka kedalam beberapa kelompok. Dan finalnya, adakan perlombaan budaya yang wajib dikuti oleh semua kelas. Cakep banget, kan, ahaha.

Jangan lupa pula, jadikan study tour sebagai salah satu poin penting. Misal, ketika ada acara Nadran atau Ngarot, alangkah baiknya jika sekolah diliburkan dan datang ke tempat acara tersebut, sehingga para murid bisa menyaksikan, merasakan sensasi, dan tentunya mendapatkan esensinya.

Diperguruan tinggi-pun sama. Jadikan pengenalan kebudayaan ini sama pentingnya dengan mata kuliah Agama dan Pancasila, alias matakuliah wajib. Adakan seminar dan pentas budaya wajib setiap bulannya.

Selain pengetahuan dari segi praktek dan teori bertambah, juga akan melahirkan para pemandu baru bagi wisatawan, karena ketika berbaur di masyarakat, mereka bisa jadi acuan untuk bertanya. Sepuluh orang saja dari tiap kelas yang memiliki pengetahuan budaya, maka masa depan kebudayaan Indramayu dan Indonesia, cerah.

Saya yakin, semua saran di atas bisa terlaksana dengan baik jika institusi pendidikan terkait, mulai dari atas sampai bawah menyediakan jalur dan medianya. Semoga kedepannya bisa. Amiin!

#Perluas Jangkauan Kegiatan Kebudayaan

Jangkau cakupan kegiatan pelaksanaan kebudayaan lebih luas, yang mungkin tadinya hanya disatu kota setiap kabupaten, menjadi semua kota atau setidaknya setengahnya melakukan kegiatan budaya. Rangkul dan libatkan masyarakat, karena sejatinya masyrakat itu sangat menyukai yang namanya kebersamaan dan keseruan dari suatu pagelaran.

Daerah yang biasa melakukan pagelaran budaya rangkul daerah lain yang mungkin kurang memiliki motivasi dengan berbagai alasan untuk ikut berpartisipasi atau setidaknya hadir untuk menyaksikan. Misal pada saat Ngarot mereka hadir, sehingga kemeriahannya akan terekam dikepala dan memunculkan keinginan untuk menggelar acara serupa. Disinilah uluran tangan dan bantuan pemerintah sebagai pembimbing sangat penting untuk membuka jalan dari keinginan tersebut.

#Jadikan media cetak dan elektronik Sebagai Jembatan Perkenalan

Pemerintah Indramayu diharapkan merangkul para blogger daerahnya untuk terus mengeksplor tulisan tentang kebudayaan, dan sebagai peningkat motivasi, berikan reward bagi 10 tulisan terbaik. Atau, rangkul blogger Indramayu untuk mengadakan lomba blog tingkat nasional, seperti Lomba Blog Indramayu Kota Budaya, contohnya, hehe. 

Peran blogger sangat besar, mengingat jumlahnya saat ini sangat banyak dan semakin bertambah. Saya yakin, dengan cara seperti itu, kebudayaan Indramayu akan semakin dikenal dan bisa menjadi salah satu destinasi tujuan wisata budaya di Jawa Barat. 

Selain lomba blog, juga adakan lomba cerpen, puisi, novel, atau komik tingkat nasional yang wajib mengangkat kebudayaan daerah Indramayu. Adakan sebanyak lima kali dalam setahun.  Saat ini, banyak sekali lomba seperti itu, tapi sayang sekali jarang yang mengangkat tentang kebudayaan daerah. 

Mungkin tema kebudayaan tidak menjual, tetapi itu adalah pendapat yang salah, karena apapun tema yang diangkat dari cerpen, puisi, novel, dan komik, pasti akan disukai kalau ceritanya menarik. Contoh, komik Garudayana, Raibarong atau Manungsa. Keponakan saya yang kalau lihat saya nonton wayang golek mukanya datar kaya Squidward dari Spongebob, tiba-tiba jadi rajin nanya tokoh-tokoh wayang karena membaca komik Garudayana.

Agar banyak orang bisa melihat bagaimana sebuah acara pagelaran budaya di Indramayu Kota Budaya, maka pemerintah Indramayu merangkul Vlogger atau membentuk tim khusus untuk meliputnya. Kemudian, jangan lupa untuk selalu menguploadnya ke media share video, seperti Youtube, misalnya.

Untuk merangkul lebih banyak alias berskala nasional, adakan lomba video juga. Entah itu dalam bentuk liputan atau pesan budaya dalam bentuk film pendek. Misal, film pendek tentang seseorang yang mengikuti Jaringan, judulnya: “Cintaku tejaring olehmu.” Hehe....

Sebarkan dan titipkan brosur atau pamflet yang menarik di sentra-sentra utama pemasaran Mangga atau oleh-oleh lainnya. Ketika ada yang beli Mangga, berikan juga brosur atau pamflet tersebut, atau masukan di dalam bungkus Mangga atau oleh-oleh. Alhasil, pembeli pasti akan membacanya. Selain itu, pasang juga spanduk di tempat-tempat yang biasanya ramai dengan para pelancong.

#Jadikan Kebudayaan sebagai salah satu Tujuan Wisata

Saatnya wisata budaya dijunjung tinggi, sama halnya dengan wisata alam. Setelah melakukan promosi yang gencar melalui media, pasti akan banyak orang yang penasaran dengan kebudayaan Indramayu. Nah, saat itulah Indramayu Kota Budaya harus siap tampil. Atur dan tata sedemikian rupa agar budaya-budaya di Indramayu acaranya selalu meriah laiknya festival budaya Hanabi di Jepang, dimana melibatkan banyak orang dan selalu dinatikan kehadirannya.


Festival Cimanuk, misalnya. Itu bisa dijadikan sebagai acuan keberhasilan dalam pengenalan dan pagelaran budaya. Selain acaranya yang meriah, banyak media yang memberitakannya. Saya berharap, di Indramayu akan terus ada festival seperti itu, minimal lima kali dalam setahun. ok, Indramayu, heehe.

Manfaatkan terkenalnya Mangga Indramayu atau oleh-oleh lainnya sebagai penarik minat sekaligus jembatan pembuka bagi wisatawan, bahwa di Indramayu ada kebudayaan-kebudayaan yang unik dan patut untuk diapresiasi. Tidak sedikit orang yang suka datang, atau melewati Indramayu, but, why, nobody know about your culture, bro? Pasti ada yang salah, kan. Ya, itu adalah perkenalan alias promosi!

#Berikan apresiasi yang tinggi untuk pelaku budaya

Sudah saatnya para pelaku budaya, terutama yang berjuang di daerah-daerah mendapatkan apresiasi yang tinggi, karena kalau tidak ada mereka bagaimana kelangsungan budaya yang selalu dibangga-banggakan ke bangsa lain. Terutama yang berjuang di jalur kesenian.

Berikan reward yang berarti bagi para pahlawan kesenian tradisional, selain gelar Honoris Causa, mungkin bisa memberikan mereka gaji layaknya pegawai pemerintahan. Atau, angkat mereka menjadi pegawai negeri sipil bagi yang bersedia laiknya para atlet nasional. Selain itu, berikan mereka media dan jalan untuk mentransfer ilmunya kepada generasi saat ini.


Tanpa pelaku budaya, keberagaman budaya Indonesia hanya akan menjadi legenda belaka.

***

Kebudayaan yang ada di Indonesia sangat beragam, unik, dan selalu mengandung nilai kehidupan tidak terkecuali dengan kebudayaan yang ada di Indramayu. Sayang, keadaan budaya tradisional atau asli Indonesia saat ini sedang berjuang untuk hidup di zaman modern, dan tanpa dukungan semua pihak hal itu tiada arti. Sehingga, sudah saatnya diberikan jalan untuk lebih dikenal lagi oleh generasi penerus agar cinta mereka bisa tumbuh.

Semoga tulisan Syam kali ini bisa bermanfaat dan menjadi jendela pengetahuan yang baru, khususnya mengenai Indramayu Kota Budaya yang selalu menggoda dengan manisnya si Buah Mangga dan menghibur dengan budaya unik nan bergharga. Ayo kita lestarikan budaya bangsa ini dengan hal yang bisa kita lakukan, baik melalui tulisan, ucapan, video, atau media positif apapun, kemudian hadiri, kenali dan pelajari demi membantu kelestariannya. Kalau bukan kita, siapa lagi?

Terima kasih.

sumber referensi:
www.indramayukab.go.id
wanasari.indramayu.desa.id
referensi teman

2 komentar:

  1. baru tau kalau indramayu punya beragam budaya kesenian khas

    BalasHapus
  2. sama, yang nulisnya aja berasa syok dan merasa bersalah, padahal tinggal disana 6 tahun hehe.. Dikira Tarling sama Tari Topeng doang. Ternyata beragam pisan.

    BalasHapus