PUISI : PASAR YANG TENGGELAM
Aku, kamu dan mereka terluka
Sesak hati terhujam bara
Berhambur beribu impian, hilang
Air mata tak mau tiba
Sayat hati luluhkan jiwa
Senyum sang malam memudar
Lelap hari terbangunkan
Nyanyian sang api membakar nurani
Ratusan mata menatap cemas, pasrah
Ratusan kios mengerang keras
Terkulai dan terlibas
Sang abu bersiap dari gerbang ketiadaan
Nyata kini adalah kenangan
Tenggelam dalam lautan kemuraman
Ratusan kaki berlari gelisah
Menghantar pada tujuan tak pasti
Nyali beringas mati oleh sorot sang api
Ketenangan hanyalah hiasan, panik
Berkerut dan beku dalam tempayan putus asa
Tangan-tangan meraup kehampaan
Menggenggam desir yang tak terlihat
Gundah gulana untuk hari depan
Terselamatkan atau tidak,
Nasib sang mutiara tak lagi sama
Mentari tak lagi peduli
Mencoba menjauh dari nasib diri
terombang-ambing dalam ketidakpastian
Bintang dan rembulan-pun tak lagi menjadi harapan
Dalam ironi kemurungan, ikhlas hadir mengisi kekosongan
Cinta-MU adalah nyata
Kasihmu-MU adalah surga
Dari balik gelap KAU selalu beri cahaya
Dulu, kini, nanti cinta-MU takkan pernah berubah
Beribu istana tenggelam,
Beribu kebaikan menggantikan
Dalam sedih, terucap selamat tinggal
Untukmu, wahai pasar yang tenggelam dalam kenangan
Sesak hati terhujam bara
Berhambur beribu impian, hilang
Air mata tak mau tiba
Sayat hati luluhkan jiwa
Senyum sang malam memudar
Lelap hari terbangunkan
Nyanyian sang api membakar nurani
Ratusan mata menatap cemas, pasrah
Ratusan kios mengerang keras
Terkulai dan terlibas
Sang abu bersiap dari gerbang ketiadaan
Nyata kini adalah kenangan
Tenggelam dalam lautan kemuraman
Ratusan kaki berlari gelisah
Menghantar pada tujuan tak pasti
Nyali beringas mati oleh sorot sang api
Ketenangan hanyalah hiasan, panik
Berkerut dan beku dalam tempayan putus asa
Tangan-tangan meraup kehampaan
Menggenggam desir yang tak terlihat
Gundah gulana untuk hari depan
Terselamatkan atau tidak,
Nasib sang mutiara tak lagi sama
Mentari tak lagi peduli
Mencoba menjauh dari nasib diri
terombang-ambing dalam ketidakpastian
Bintang dan rembulan-pun tak lagi menjadi harapan
Dalam ironi kemurungan, ikhlas hadir mengisi kekosongan
Cinta-MU adalah nyata
Kasihmu-MU adalah surga
Dari balik gelap KAU selalu beri cahaya
Dulu, kini, nanti cinta-MU takkan pernah berubah
Beribu istana tenggelam,
Beribu kebaikan menggantikan
Dalam sedih, terucap selamat tinggal
Untukmu, wahai pasar yang tenggelam dalam kenangan
Puisi ini kudedikasikan untuk semua pemilik kios Pasar Atas Kota Cimahi yang mengalami musibah kebakaran tanggal 23 september 2014.
0 komentar: