KALAH

Biarlah malam ini menjadi saksi kekesalanku padanya. Sudah berulang-ulang kali aku kalah olehnya. Walau bukan hanya Aku, tetapi ini sangat menggangguku. Entah berapa lama lagi Aku mengalah. Selalu mengalah!

Kadang, Aku heran. Kenapa banyak sekali yang menikmati kekalahan darimu. Mungkin, jika dibandingkan dengan yang merasa kesal, sepertiku. Lebih banyak orang yang senang kalah olehmu. Mereka tidak peduli konsekuensi dari kekalahan tersebut. “Hmm…? Aku hidup di dunia yang terlalu jauh berubah. Berbeda dengan zaman dahulu. Dia sangat sedikit memperoleh kemenangan,” itu yang selalu Ku ucapkan dalam hati jika sedang kesal padanya.

Yang bisa kulakukan hanyalah berkhayal. Berandai-andai Dia muncul dihadapanku. Aku ingin sekali menghajarnya tanpa ampun. Kemudian kumaki dirinya tanpa henti sepanjang hari sampai dia bosan dan mati karena sakit hati. Tapi sayang, Dia terlalu pengecut untuk menghadapiku secara langsung.

Dia benar-benar mahkluk licik! Selalu beraninya melalui pikiran. Ku akui Dia memang hebat. Tidak pantang menyerah sampai hati manusia menjadi hitam. Bahkan sampai akhir zaman.

Lihat saja, Aku tidak akan kalah lagi olehmu IBLIS!. Begitupun dengan yang lainnya. Masih banyak manusia yang mau melawanmu. Pertarungan belum berakhir, sebelum dunia ini musnah!