BAYANGAN
Dua minggu sudah aku berada di kamar hotel ini. Keluar-pun hanya untuk mencari makan dan menghirup udara segar, kemudian segera kembali. Bukannya tidak mau, tetapi belum saatnya bagiku mendapatkan informasi di luar sebelum data aktifitas sasaran kudapatkan. Dengan teropong canggih yang selalu menemani, aku bagaikan laki-laki psycho yang suka menguntit dan ingin tahu rahasia orang, tapi itulah tugasku.
Yang kulakukan hanya mengarahkan kedua mata berbinarnya, sementara jariku bergerak mencatat data yang dibutuhkan untuk menopang aksiku nanti. Untuk tugas kali ini sedikit berbeda dari biasanya, karena baru pertama kali yang kuintai adalah seorang wanita cantik. Dia adalah seorang reporter sekaligus wanita simpanan seorang jendral besar di Negara yang sedang kukunjungi ini.
Mungkin, jika ini sebuah film, aku akan jatuh cinta dan meresikokan tugas demi dia. Sebagai pria normal, aku memang menyukainya, tapi sebagai sebuah kenyataan, aku akan melenyapkannya. Dan saat ini aku berada kenyataan itu.
Aku yakin banyak orang yang lebih memihak wanita itu daripada aku jika mereka mengetahui apa yang akan kulakukan padanya. Demi cintanya pada sang jendral dia rela membahayakan hidupnya dengan menjadi salah satu orang kepercayaan. Si tampan bersenyum manis itu memang hebat membuat wanita-wanita simpanannya menjadi gudang informasi.
Seperti halnya wanita itu, akupun juga begitu. Demi cinta kepada tanah air yang jaraknya ribuan kilometer dari sini, aku rela mati. Lagu Queen, Too much love will kill you sepertinya sangat cocok untuk kami berdua. Sebagai seorang agen mata-mata, cintaku sangat berlebihan, dan itu wajib dimiliki oleh semua agen. Jika cinta seorang agen tidak berlebihan, maka aku tak berguna.
Aku tidak peduli jika ribuan bahkan jutaan manusia membenciku karena tak bernurani. Aku tidak peduli jika harus mati di tempat tidak diketahui orang lain sekalipun. Aku tidak peduli jika neraka adalah persinggahanku berikutnya setelah dunia ini. Yang aku tahu, pengabdianku untuk negeri sampai mati.
Jika melenyapkan 1 bisa menyelamatkan 10, mengapa tidak. Filosofiku selalu, dan akan selalu begitu. Terlihat bajingan tapi itu adalah kenyataan. Terkadang dibenci lebih menyenangkan daripada di sukai tapi tak punya rasa cinta.
***
Nada sms hp ku berbunyi. Kubaca 9 pesan dari rekan-rekanku, dan itu berarti aku orang terakhir yang belum mendapatkan informasi apapun. Wanita yang satu ini sangat tangguh walau dia hidup dalam kebohongan.
Kesabaranku menanyainya sudah usai. Kepalan dan telapak tanganku-pun sudah lelah mencumbuinya. Mungkin dia memang tidak tahu apa-apa, tetapi sudah saatnya senjata pamungkasku keluar. Sebuah senjata dahsyat dari mulut berbisaku, yaitu kenyataan. Semua itu untuk mengungkapakan semua hal yang datang dari kekasihnya, apapaun itu.
Dia adalah wanita simpanan ke sepuluh. Dan satu lagi, sebuah fakta bahwa aku tahu dimana ibu dan adik-adiknya tinggal membuat semua ini menjadi mudah. Rahasia yang kuinginkan muncul sendirinya. Sangat menyedihkan, karena dia tidak tahu jika cincin berlian yang diberikan kekasihnya berisi sebuah kode.
Sebagai penghormatan atas kejujurannya, kuijinkan dia menelepon ibu tercinta dan kehormatan menarik sendiri pelatuk pistolku. Sorot matanya yang tak ragu menarik pelatuk menunjukan dia sudah tidak ingin lagi berada dalam kenyataan hidup saat ini. Aku berlalu pergi dengan sebuah jaminan. Keselamatan bagi keluarganya.
***
Esoknya. Pemberitaan mengenai tewasnya 10 wanita cantik menjadi misteri besar bagi kepolisian di Negara ini. Tapi tidak untuk sang Jendral, karena hal itu adalah pesan kematian, dia dan rahasianya. Walau aku adalah salah satu pembunuh yang bertanggung jawab tetapi kenyataan mereka dijadikan brankas hidup membuat si jendral adalah pelaku sebenarnya.
Sebelum membereskan tugas, aku pergi kerumah keluarga wanita itu. Sebuah surat yang hanya berisi sedikit kata-kata kutinggalkan tepat di depan pintunya. Ketika ku melangkah pergi, sejenak rasanya ku ingin kembali dan mengambilnya lagi. Keberadaan surat itu membuatku merasa menyeret diri sendiri kedalam sebuah kisah film. Aku bodoh!
***
Tepat tengah malam, sebuah gedung perbelanjaan porak-poranda di lahap ledakan bom dahsyat. Mengetahui hal itu, aku yang sedang duduk nyaman di dalam sebuah limo mewah mendapatkan kelegaan. Tempat belanja sekaligus pusat riset rahasia dari rudal antar benua yang nantinya akan digunakan untuk menghancurkan negaraku telah lenyap.
Beberapa saat kemudian sms yang berisi kata “Beres” pun datang. Setelah terbaca, dengan mantap kutatap teman duduku yang sedari tadi terdiam karena ujung pistol memeluk erat perutnya.
“Selamat Jendral. Pusat risetmu hancur. Keluargamu-pun telah berpamitan. Kini, saya persilahkan anda untuk menemui mereka!”
“Door!”
“Door!”
“Door!”
Angka ganjil itu indah, menurutku. Sebagai penghormatan untuk pahlawan Negara ini, kuberikan tanda keindahan itu. Betapapun buruknya reputasi dia di hadapan negaraku, tapi di tanah airnya dia adalah sang pahlawan.
Seorang pahlawan itu adalah cahaya untuk yang dilindunginya dan kegelapan bagi yang dilawannya. Sayang, aku bukanlah pahlawan seperti itu, karena aku hanyalah bayangan. Disana hitam, disini-pun hitam. Bukan prajurit nyata yang akan mendapatkan medali setelah bertempur.
***
Enam bulan kemudian.
Hp cadangan yang telah ku persenjatai anti lacak tiba-tiba berbunyi. Sebuah pesan email dari masa lalu datang menjemput. Kukira hari ini tidak akan pernah datang. Tapi inilah saatnya aku menghapus kebodohanku.
Syams-X 10-5-2015
Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh,
tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan
tidak ada unsur kesengajaan.
tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan
tidak ada unsur kesengajaan.
0 komentar: