Suara Adzan dari Balik Angkasa Raya
Tiga tahun sejak tertangkapnya gelombang suara adzan oleh satelit pencari kehidupan lain, ALEF, Aku dan tim sudah terbiasa menembus ruang dan waktu di angkasa raya. Sudah tidak terhitung berapa biaya yang dikeluarkan pemerintah dunia demi menemukan asal suara tersebut. Selain itu, ditemukannya teori relativitas sepuluh abad yang lalu oleh nenek moyang turut membantu kelancaran ekspedisi. Seandainya teori itu tidak di temukan, maka kami hanya akan jadi makhluk yang tak pernah tahu adanya jalur-jalur di angkasa raya.
Entah mengapa, tiga tahun pecarian masih belum menemukan hasil. Sudah tidak terhitung berapa planet yang kami temukan. Dan semuanya tak berpenghuni.
Logika seluruh orang di seluruh dunia masih mengais-ngais harapan menemukan asal suara tersebut. Semakin lama waktu berlalu, semakin besar juga keraguan masyarakat terhadap kami dan ALEF. Keraguan-keraguan pun memuculkan berbagai sepekulasi. Mungkin hanya pantulan suara adzan dari daratan yang terhalang gelombang atmosfir. Mungkin gema suara dari waktu yang lampau ketika terjadi dinamika persamaan keadaan. Dan lain sebagainya.
Walau banyak keraguan, tetapi tak pernah bertahan lama, karena professor Zeid Baharoiden selalu bertanya kepada mereka. Tentang luasnya galaxy. Tentang ribuan planet yang ada di angkasa raya. Dan tentu saja tentang kebenaran Allah Yang Maha Pencipta.
“Jalur!” “Jalur!” “Jalurlah masalahnya!” Tepat tengah malam professor Zeid berteriak kegirangan seperti seorang anak kecil yang bisa menyelesaikan game. Semua orang termasuk timku di kumpulkan di ruang komando.
Dengan penuh keyakinan sang professor menjelaskan masalah utama kami tidak mampu menemukan jalur suara tersebut. Keberadaan cermin gelombang yang terjadi karena adanya gaya tarik-menariknya dua black hole. Antara yang berada di batas galaxy kami, dan yang berada di batas galaxy seberang. Padahal, selama ini kami mengira jika black hole hanya ada satu di angkasa, yaitu di galaxy kami.
Selama ini, titik berangkat kami selalu di mulai dari batas galaxy, tujuannya agar penembusan ruang dan waktu lebih flexible dan mengurangi adanya gangguan pemberatan dari gravitasi bintang Loxroeroz. Rupanya, itu adalah jalur yang terhalang cermin gelombang. Ketika melewatinya, maka akan di lempar secara halus ke galaxy lain yang berada jauh dari jalur.
Jika galaxy disusun seperti rak, maka ketika berusaha untuk ke rak bawah, hasilnya adalah rak atas. Ruang dan waktu yang tertembus tidak pernah terasa berbelok oleh radar kordinat pesawat. Kecepatan cahaya pesawat berubah menjadi konstan karena halusnya daya belok dari gelombang tersebut.
***
Tepat pukul 09.00, setelah melaksanakan shalat dhuha kami berangkat lagi menuju angkasa luar….
Bersambung.....
02 Ramadhan
19/06/2015
0 komentar: