UNOV
Terik matahari tidak menyurutkan Unov untuk terus
berjalan. Walau tanpa alas kaki, dia tampak tidak mengalami masalah. Dia terus
melangkah di atas jalanan aspal yang terbakar terik mentari. Diantara gedung-gedung
yang menjulang tinggi. Ratusan, bahkan ribuan kedaraan setiap hari dia temui. Asap
polusi dan udara yang menyesakan pernapasan tidak dia pedulikan.
Setiap dia melangkah ke suatu tempat, dia selalu merasa pernah melihat tempat tersebut. Bahkan, orang-orangnya juga. Tetapi, Unov tidak mau ambil pusing, karena menurutnya dunia ini tidak selebar daun kelor. Entah karena kehidupan di kota, atau karena keadaannya yang membuat orang-orang tidak memperdulikan keberadaannya.
Sudah bertahun-tahun dia berjalan mencari anak dan
istrinya yang telah hilang. Dia selalu bertanya-tanya kemana anak dan istrinya.
Entah kenapa, dia tidak pernah ingat kapan dan bagaimana mereka menghilang.
Yang dia sadari, mereka telah hilang dan dia berada di jalanan.
Saking lamanya berada di jalanan, pakaiannya menjadi
compang-camping. Rambutnya kotor dan panjang. Kukunya hitam-hitam. Kulitnya
dekil dan bau. tetapi Unov tidak sedikitpun menyadari hal itu, karena yang dia
pikirkan adalah menemukan anak dan istrinya.
“Kasihan sekali si Unov. Sudah hampir 15 tahun dia
berjalan bolak-balik di jalan ini. Dia terus mencari istri dan anaknya tanpa
henti. Padahal keduanya sudah meninggal 15 tahun yang lalu,” ucap seorang pedagang
asongan kepada temannya. Rupanya Dia memperhatikan tingkah laku Unov di pinggir
jalan.
“Memangnya, kenapa istri dan anaknya ?” tanya temannya,
penasaran. “Mereka meninggal ketika pertama kali menginjakan kaki di kota ini. Tertabrak
mobil ketika sedang menyebrang. Katanya, sopir mobil tersebut dalam keadaan mabuk
berat. Keesokan harinya Unov menjadi stress dan akhirnya gila,” jelas sang
pedagang asongan kepada temannya.
Pedagang asongan itu kemudian memanggil Unov yang
sedang ketawa-ketiwi di pinggir jalan. Unov menengok kearah yang memanggilnya,
kemudian dia terdiam memperhatikan wajah sang pedagang asongan. Dia merasa
pernah melihat pedagang asongan itu. “Hmmm…, kenapa banyak sekali orang yang
wajahnya sama di dunia ini? Dunia memang sudah gila,” ucapnya dalam hati.
0 komentar: